Ia tidak menampik bahwa kondisi rumah itu memang sudah lama mengkhawatirkan. Namun, tanpa pendataan, peluang mendapatkan perbaikan nyaris mustahil. Musim hujan adalah masa paling menegangkan bagi Adil dan keluarganya. Setiap kali langit mendung, ia resah. Setiap kali angin kencang, ia waspada. “Takut tiba-tiba rumah roboh. Ada anak-anak juga,” ucapnya.
Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Bangunan yang miring. Dinding yang jebol. Atap yang rapuh. Lantai yang rembes. Semua menjadi tanda bahwa rumah itu tidak lagi sekadar rusak, tapi membahayakan.
Adil terdaftar sebagai penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Untuk makan sehari-hari, ia masih bisa berusaha. Kadang cukup. Kadang tidak. “Untuk makan saja sering kurang,” katanya.
Baca Juga:Siswi SMP di Cirebon Jadi Korban Tindakan Asusila, Ketahuan dari Chat WAResmi Dilantik Walikota, 49 Orang Kena Mutasi
Perbaikan rumah? Mustahil ia tanggung sendiri. Letter C sebagai dokumen kepemilikan memang ada. Tapi apa gunanya jika tak mampu membeli semen, kayu, atau genting?
Adil mengaku tak mau menuntut banyak. Tidak meminta bangunan baru. Tidak meminta fasilitas mewah. “Cuma ingin rumah layak buat keluarga,” ucapnya lirih. “Kalau roboh, kami tinggal di mana?” pungkas Adil.
PEMKAB CIREBON ANGGARKAN Rp8,84 MILIAR
Sementara itu, Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP) Kabupaten Cirebon merilis anggaran rumah tidak layak huni (rutilahu) tahun 2025 sebesar Rp7,4 miliar. Alokasi anggaran tersebut digunakan untuk memperbaiki 370 unit rumah rutilahu.
Plt Kepala DPKPP Kabupaten Cirebon Dr Deni Nurcahya ST MSi, menyampaikan bahwa anggaran tersebut digunakan untuk merehabilitasi 370 unit rumah tidak layak huni dengan alokasi Rp20 juta per unit. Alokasi anggaran tahun Rp7,4 miliar pun telah terserap 100 persen, hingga November 2025.
“Program rutilahu menjadi bentuk komitmen pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas tempat tinggal bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),” ujar Deni kepada Radar Cirebon, Minggu (30/11/2025)
Untuk tahun 2026, Deni menjelaskan bahwa proyeksi anggaran rutilahu meningkat menjadi Rp8,84 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk menangani total 446 unit, terdiri dari 442 unit rehabilitasi. Masing-masing Rp20 juta. “Sementara untuk 4 unit pembangunan baru, masing-masing Rp50 juta,” katanya.
