JAKARTA-Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi banjir rob yang diperkirakan terjadi menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Kondisi ini dipicu oleh kombinasi fase peredaran bulan dan intensitas hujan ekstrem di beberapa wilayah pesisir.
Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani menjelaskan, banjir rob pada umumnya berkaitan erat dengan fase perigee, bulan purnama, dan bulan baru.
Baca Juga:Kejari Indramayu Dalami Kasus Dugaan Penyalahgunaan Anggaran Rp2 M di TDARatusan Warga Ujungaris Indramayu Terima Bantuan Pangan, Jumlah Penerima Ternyata Turun
“Pada 4 Desember akan terjadi bulan purnama, lalu bulan baru menyusul pada 20 Desember. Kombinasi ini berpotensi meningkatkan muka air laut sehingga memicu banjir rob,” ujar Faisal dalam rapat koordinasi bersama Kemendagri, Senin (1/12).
Menurut Faisal, aliran air dari daratan ke laut juga berpotensi terhambat akibat curah hujan ekstrem di daratan. Situasi ini membuat ancaman banjir rob semakin besar di sejumlah wilayah pesisir.
“Untuk periode 29 November hingga 3 Desember, rob sudah terjadi di beberapa lokasi. Mendekati Natal dan Tahun Baru, rob diprediksi muncul di Pantai Utara Jakarta, Banten, dan Pantura Jawa Barat. Kami minta masyarakat mewaspadai potensi ini,” kata Faisal.
BMKG menilai, ancaman gelombang laut tinggi diperkirakan kecil, namun gelombang sedang masih mungkin terjadi di sejumlah perairan penting.
“Gelombang tinggi di atas 2,5 hingga 4 meter diprediksi nihil. Namun gelombang sedang 1,25 hingga 2,5 meter mungkin terjadi di perairan Barat dan Selatan Sumatera, Selat Sunda, Selatan Jawa, NTT, Anambas, dan Natuna,” jelasnya.
Faisal juga memaparkan perkembangan operasi modifikasi cuaca (OMC) yang saat ini dilakukan BMKG bersama BNPB.
“Kami berada di Kualanamu memimpin langsung operasi modifikasi cuaca. Ada lima pesawat yang dikerahkan untuk memastikan proses kedaruratan dan distribusi logistik tidak terganggu hujan,” katanya.
Baca Juga:Indramayu Berpeluang Jadi Daerah Pertama Miliki SPBU Khusus AlsintanRatusan Calwu Deklarasi Damai, Komitmen Menjaga Kondusivitas Desa pada Pilwu Serentak
Namun, ia menegaskan bahwa OMC tidak dapat mengendalikan fenomena siklon tropis.
“Apakah siklon bisa dimodifikasi? Jawabannya tidak. Bahkan Jepang baru menargetkan tahun 2050 untuk hal ini melalui program Moonshot,” ujarnya.
Faisal menutup pemaparan dengan pesan kewaspadaan nasional terkait potensi bencana hidrometeorologi. “Early warning menimbulkan early action menuju zero victim,” pungkasnya. (dsw)
