300 Hektare Sawah Terendam Banjir, Ini Permintaan Petani Indramayu

terendam-banjir
Ratusan hektare sawah di Kandanghaur terendam banjir sehingga petani tanam ulang. Foto: Kholil Ibrahim/Radarcirebon.id
0 Komentar

INDRAMAYU, RADARCIREBON.ID – Nasib para petani di wilayah pantura Bumi Wiralodra terancam gagal tanam karena areal sawah mereka terendam banjir.

Baru memulai musim tanam rendeng, mereka sudah harus menanggung rugi setelah padi yang baru saja mereka tanam, mati terendam banjir.

Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono Batak memperkirakan, luas areal tanaman padi yang mengalami kerusakan terdampak banjir mencapai 300 hektare.

Baca Juga:Jadwal Sholat untuk Kabupaten Indramayu, Jumat 10 Maret 2023Jadwal Sholat untuk Kabupaten Cirebon, Jumat 10 Maret 2023

Tersebar di Desa Soge, Kertawinangun dan Parean Girang. Umur tanaman padi rata-rata sudah mencapai 30 sampai 45 hari setelah tanam (hst).

Banjir yang merendam areal persawahan terjadi pada akibat tingginya intensitas hujan sepanjang Februari 2023 lalu. Juga membuat debit saluran air maupun kali pembuang meluap.

Dampaknya, air yang menggenang areal persawahan tak bisa keluar dengan lancar.

“Tanaman padi yang mati itu akibat terendam banjir terlalu lama. Semingu lebih. Akhirnya pada rusak, membusuk,” terangnya kepada Radarcirebon.id, Kamis (9/3/2023).

Sebagian petani di tiga desa bertetangga itupun akhirnya terpaksa harus tanam ulang. Keluar biaya besar lagi. Untuk pembelian benih, semai dan pemupukan ulang.

Belum lagi kesulitan petani untuk membeli bibit semai yang sudah jadi. Demi mengejar target waktu panen.

“Terpaksa tanam ulang. Biaya petani membengkak dua kali lipat. Sementara harga gabah panen musim rendeng biasanya rendah. Jangankan untung, balik modal saja untung. Petani kami bisa bangkrut, terutama yang lahannya dari sewa,” keluhnya.

Baca Juga:Jadwal Sholat untuk Kota Cirebon, Jumat 10 Maret 2023Harjad ke-541 Kabupaten Cirebon, Dinkop dan UKM Helat Bazar UMKM 

Karena itu, Waryono mendesak pemerintah memberian bantuan kepada para petani terdampak banjir. Paling penting adalah penambahan alokasi pupuk subsidi.

Sebabnya, para petani sangat terbebani saat pemupukan ulang jika harus menggunakan pupuk non subsidi.

“Masalah sekarang kan jatah pupuk subsidi sudah terpakai, sehingga pilihannya petani mau tidak mau harus membeli pupuk non subsidi yang harganya sudah tidak ketulungan mahalnya. Ini yang jadi beban,” ungkap dia.

0 Komentar