Antara Senang dan Sedih

kerohiman-panjunan
Warga terdampak penataan kawasan Panjunan menerima santunan berupa cek dari Pemerintah Kota Cirebon, Rabu (18/11). Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

WARGA terdampak penataan kawasan kumuh Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, telah menerima cek untuk santunan. Uang tersebut merupakan pengganti bangunan milik mereka yang berdiri di sepanjang Sungai Sukalila.
Beberapa dari mereka mengaku senang. Namun, tak sedikit juga yang membatin. Sudah terbayang uang itu akan habis. Sementara mereka masih harus hidup mengontrak karena tak memiliki rumah.
Iis Sumiati warga RT 04 RW 01 Pesisir adalah salah satunya. Dia tinggal di bantaran sungai dan mendirikan gubuk untuk pengolahan asin dan penimbangan.
Dia memang tidak tinggal di situ. Gubuk tersebut dibuat di bantaran sungai karena tak memungkinkan melakukan pengolahan ikan asin di rumahnya. “Ya tetangga pasti protes. Takut ganggu warga kampung, ini kan bau amis,” kata Iis, kepada Radar Cirebon, Rabu (18/11).
Kebetulan, di pinggir Sungai Sukalila juga dipakai perahu bersandar. Begitu nelayan tiba dari laut, ikan langsung diangkat dan ditimbang untuk kemudian diolah.
Ia paham betul lahan yang digunakan bukan miliknya. Melainkan tanah negara. Sehingga tak ada alasan baginya menolak ketika pemerintah melakukan pembebasan.
Sebagai warga terdampak, Iis mendapat santunan Rp3.575.000. Hanya saja, dirinya belum tahu akan diapakan uang yang akan dicairkan ini. Yang jelas, tak mungkin memindahkan usaha ke rumahnya. Kemudian di tengah pandemi covid-19, penjualan ikan asin juga sedang tidak stabil.
Warga RT 04 RW 10, Yatim Bening juga merasakan hal yang sama. Bedanya, ia benar-benar tinggal di bantaran sungai dengan rumah ukuran 6×6 meter.
Hampir 10 tahun Bening tinggal di situ. Tapi, baru benar-benar ditempati sekitar 3 tahun lalu. Atas pembebasan lahan yang dilakukan pemerintah, ia mendapatkan cek senilai Rp25.220.000. Rencananya uang tersebut digunakan untuk mengontrak rumah. Selain itu, dipakai membayar sekolah anak yang saat ini semester III kuliah di Politeknik Cilacap.
“Masih bingung, antara senang tidak senang sih. Jadi kan harus ngotrak rumah. Buat biaya kuliah anak satu semester saja Rp5 juta,” beber wanita yang kesehariannya membuka warung nasi itu.
Tinggal di bantaran sungai memang gratis. Tidak perlu keluar uang sewa baik bulanan maupun tahunan. Karenanya, itulah yang membuat warga cukup kebingungan mengenai tempat tinggal. Mereka harus membiasakan untuk membayar sewa rumah.

0 Komentar