Baca Babad, Mewariskan Sejarah Cirebon kepada Generasi Penerus

baca-babad-cirebon
Suasana pembacaan Babad Cirebon oleh Pangeran Kumisi di Witana Keraton Kanoman, Kamis malam (20/8). Foto: Ilmi Yanfaunas/Radar Cirebon
0 Komentar

CIREBON –  Keraton Kanoman kembali menggelar ritual pembacaan babad Cirebon di Bangsal Witana Keraton Kanoman. Ritual yang digelar setiap tanggal 1 Muharam ini menjadi bagian pelestarian budaya yang ada di Cirebon. Babad Cirebon sendiri dibacakan Pangeran Kumisi.
Juru bicara Kesultanan Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina mengatakan, pembacaan Babad Cirebon secara singkat ini sebagai pengingat sejarah tentang berdirinya Cirebon.
Sebab, babad alas tanah pesisir inilah yang mengawali lahirnya Cirebon. “Titik nol-nya berada di bangunan Witana, yang memiliki makna tanah pembuka,” kata Arimbi.
Menurutnya, dalam Babad Cirebon itu diceritakan lebih dari 7 abad lalu, Pangeran Walangsungsang dan Ratu Rarasantang ingin memeluk Islam. Keduanya merupakan anak dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjadjaran.
“Setelah meminta doa restu pada Prabu Siliwangi, kakak beradik itu beranjak menemui Syekh Dzatuk Kahfi di Gunung Amparan Jati untuk mempelajari agama Islam,” paparnya.
Selanjutnya, kata dia, Pangeran Walangsungsang yang diberi gelar Pangeran Cakrabuana mendapat perintah dari gurunya untuk membuka pemukiman di Kebon Pesisir yang berada di sebelah selatan Gunung Amparan Jati.
“Saat itu, bertepatan dengan Minggu Kliwon, tanggal 1 Sura tahun Saka 1367 atau 1 Muharam 867 H/1445 M. Dan, di hari pertama Pangeran Cakrabuana membuka pemukiman itu dikenal sebagai Hari Jadi Cirebon,” terangnya
Arimbi menambahkan, agenda rutin tahunan ini untuk menyampaikan kepada generasi penerus agar dapat mengetahui sejarah berdirinya Cirebon. Dan dapat menghormati sejarah panjang Cirebon.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jabar Dr Dedi Taufik Kurohman MSi  mengatakan, Hari Jadi Kota Cirebon yang bertepatan dengan tahun baru Islam, 1 Muharram 1442 H tentunya memiliki makna sakral di lingkungan Keraton Kanoman.
Sebab, secara konsisten Keraton Kanoman selalu menggelar tradisi baca Babad Cirebon sebagai manuskrip tak ternilai dari gambaran kebesaran sejarah Cirebon.
“Dari 27 Kota/Kabupaten di Jabar  hanya di Kota Cirebon yang kasultanannya utuh, dan masih ada. Sehingga menjadi daya tarik wisata budaya atau religi yang syarat makna dengan mengisahkan perjalanan sejarah,” terangnya.
Menurutnya, momentum ini mengajak semua lapisan masyarakat agar paham arti penting perjuangan luhur bagi keberlangsungan sejarah dan budaya. Dari sudut pandang budaya, hal itu tentu sangat strategis.

0 Komentar