Butuh Ratusan Hektare Lahan dan Petani, Agroindustri Sistem ERP

Butuh Ratusan Hektare Lahan dan Petani, Agroindustri Sistem ERP
0 Komentar

Indonesia yang kaya ini, kata Indra, memiliki satu persoalan. Yaitu pola tanam petani. Dia mengakui itu menjadi tugas berat. Selama ini Indra telah melakukan pendekatan ke para petani dan kerja sama dengan kepala desa setempat. Indra ingin merubah pola tanam itu agar petani bisa mengikuti mekanisasi pola tanam modern. Kalau tak seperti itu akan sulit bersaing dengan luar negeri, misal saja Vietnam. Mewujudkan itu Indra mengatakan butuh peran pemerintah daerah hingga pusat. Agar sosialisasi pertanian bisa berjalan.
“Minggu lalu saya ke Kementerian Perdagangan, saya tanya peluang bisnis ubi dan kentang. Kementerian Perdagangan menyodorkan ke saya 6 perusahaan importir dari Korea langsung,” ungkap Indra.
Perdagangan ekspor Indra menyarankan dilakukan antar negara. Bukan antar perusahaan. Agar keamanan terjaga. BAS juga telah menerapkan digitalisasi. Di antaranya perencanaan sumber daya perusahaan atau enterprise resource planning (ERP). Di mana para petani yang tergabung telah terdata.
Di Garut dan Kabupaten Kuningan itu sudah lebih 300 petani. Melalui ERP, luas lahan, jenis tanah sewa/pribadi, sistem pembibitan, pemupukan, pestisida dan macam-macamnya bisa dipantau oleh siapa saja yang diberikan akses melalui password oleh sistem BAS. “Kita tidak takut bersaing. Koperasi BAS sudah milenial dan digitalisasi,” tutur Indra.
Kementerian Koperasi dan UKM melalui Staf Ahli Bidang Produktivitas dan Daya Saing Yulius mengaku merasa bangga pada Koperasi BAS yang mendorong dan ekspor produk Indonesia. Pemerintah, katanya, akan mendukung. Baik dari fasilitas, pemasaran dan sebagainya.
Yulius mengungkapkan apa yang diinginkan pemerintah. Katanya, pemerintah berharap SDM dalam negeri mampu memproduksi barang atau produk yang berdasarkan keunggulan. “Apa yang dilakukan BAS ini luar biasa. Artinya dia coba mengolah keunggulan Indonesia, itu adalah agriculture,” tutur Yulius.
Yang juga membangggakan, imbuh Yulius, koperasi ini telah memikirkan ekosistem dalam mengembangkan produk. Dari hulu sampai hilir. “Kalau hulu sampai hilir tidak dipikirkan, produk akan sulit berkembang. Pak Indra, selain mengembangkan produk, dia juga tahu ini sangat diminta domestik dan bisa diekspor,” jelasnya.

0 Komentar