Cara untuk Beradaptasi dengan New Normal

cegah-corona
Sejumlah penumpang diperiksa suhu tubuhnya dan mempergunakan masker pada saat mempergunakan transportasi umum Mass Rapid Transit (MRT) di Stasiun Bundaran HI Jakarta. Penumpang dengan gejala demam tinggi dilarang masuk dalam lingkungan MRT sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona Covid-19. Foto: Iwan tri wahyudi/ FAJAR INDONESIA NETWORK
0 Komentar

JAKARTA – Beberapa bulan terakhir masyarakat harus mengubah pola hidup (new normal) dan aktivitas akibat pandemi virus corona. Setelah melalui masa-masa kebingungan dan kecemasan akibat perubahan tersebut, maka tibalah seseorang pada tahap penerimaan yang artinya harus berdamai dan beradaptasi dengan kebiasaan baru atau new normal. Apalagi hingga kini belum diketahui secara pasti kapan pandemi berakhir.
Leonardi Goenawan, dokter spesialis jiwa RS Pondok Indah mengatakan kemampuan adaptasi seseorang membuatnya mampu mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baru dan memandang kehidupan dengan cara yang lebih realistis.
Beberapa perubahan yang mulai dilakukan oleh mereka yang telah mencapai tahap ini adalah mulai terbentuk gaya hidup di rumah saja dan lebih banyak melakukan aktivitas di rumah serta munculnya kembali bahan-bahan tradisional untuk menjaga kesehatan.
Selain itu, mulai aktif mengoptimalisasi virtual (kerja dari rumah, kelahiran generasi Zoom, telemedicine, dan lain-lain), serta timbul kebersamaan dan rasa senasib sepenanggungan.
“Namun, tidak semua orang memiliki ketangguhan yang sama untuk mencapai tahap penerimaan. Seseorang yang biasanya mudah tertekan akan merasakan dampak pandemi ini lebih berat,” ujarnya.
Untuk menyiasati situasi tertekan agar tidak mengalami stres yang berlarut-larut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan.
Istirahat dari menonton, membaca, atau mendengarkan berita, termasuk media sosial. Mendengar info pandemi berulang kali bisa membuat hanyut dalam kekhawatiran yang berlebihan
Pelihara baik-baik kesehatan tubuh dan berolahraga ringan secara teratur, seperti latihan napas, peregangan, yoga, atau meditasi. Makan makanan yang sehat dan berimbang dan berolahraga secara teratur, juga tidur dengan waktu yang cukup. Hindari penggunaan alkohol, rokok, dan obat-obatan yang tidak perlu.
Berikan diri waktu untuk bersantai. Lakukan beberapa aktivitas lain yang Anda sukai. Berbagai penelitian memperlihatkan hubungan resiprokal antara stres dan aktivitas fisik. Semakin rutin beraktivitas fisik maka semakin rendah tingkat stres.
Selain itu, aktivitas fisik dan olahraga terbukti penting dalam manajemen stres yang efektif karena dapat menurunkan kadar hormon-hormon stres, seperti adrenalin dan kortisol, dalam tubuh. Pada saat yang sama aktivitas fisik menstimulasi produksi endorfin, yaitu bahan kimia yang diproduksi oleh otak dan berfungsi sebagai pereda rasa sakit. Endorfin juga dapat menghasilkan perasaan rileks dan optimis ketika berolahraga rutin.

0 Komentar