Cirebon Kibarkan Bendera Putih

Cirebon Kibarkan Bendera Putih
0 Komentar

“Kita terserah pemerintah saja. Mau suruh begini, kita mengikuti. Ya saya menyerah aja, soalnya pendapatan menurun. Benar-benar hancur. Drastis turunnya. Tadinya bagus, sekarang tidak ada separuhnya (kurang dari 50%, red),” ujar Sumarni
Dia juga menjelaskan bahwa dirinya sempat mendapatkan bantuan UMKM dari pemerintah sekitar 3-4 bulan yang lalu. Dirinya juga berharap agar pemerintah memberlakukan kebijakan normal kembali. “Saya beras dari kelurahan tidak ada bantuan. Ada yang dapat ada yang enggak. Kebetulan saya enggak dapat. Tapi memang harapannya sih dari kami PPKM dicabut,” tambah Sumarni.
Hal senada juga diungkapkan oleh Pa’e yang menjual nasgor di daerah Ciremai Raya. Dia mengungkapkan pemasangan bendera putih tersebut sebagai tanda menyerah. Dikarenakan pemerintah terus-menerus memberlakukan PPKM Darurat ataupun PPKM Level 3 dan 4. Sehingga, dirinya sebagai masyarakat kecil tidak berdaya dan ekonominya terpuruk.
“Sekarang omzet kita menurun. Tolong sebagai pejabat mengetahui ini. Jangan ada pembatasan waktu. Kita menuruti lah, pemerintah kita tidak boleh memakai kursi atau makan di sini. Kita menuruti kata pemerintah. Tapi maksud rakyat kecil, tolong waktunya jangan dibatasi. Kayak kita baru buka jam 5, jam 8 sudah tutup,” tandas Pa’e.
Dia juga melakukan kegiatan seperti ini secara bersama-sama dengan pedagang lainnya. Lantaran dirinya menganggap, masyarakat kecil tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Biarpun sepandai-pandainya, dirinya sendiri tidak bisa. Harus berjalan bersatu. Pa’e juga mengaku selama PPKM tidak jualan selama 10 hari dikarenakan dihantui oleh patroli PPKM Darurat ataupun Level 3-4 oleh TNI-Polri-Satpol PP.
“Petugas gabungan kalau salah sedikit, masyrakat yang kena. Kita kan bukan cari uang yang haram ya. Kita bukan penjual narkoba. Kalau kita penjual narkoba ingin ditangkap ataupun dihukum ya terserah. Kita cari uang yang halal untuk anak-istri. Kita pasrah lah, pemerintah mau seperti apa. Tetapi kita tetap berjuang,” tuturnya, tadi malam.
“Omzet turun 50%, sekarang kalau mulai jualan nasi goreng jam 5, jam 6 baru siap semuanya. Jam 8 harus tutup ya mau gimana. Kalau buka lebih awal tidak mungkin, masa nasi goreng buka jam 3, lapaknya aja bergantian. Tolong yang di atas tahu, bisa meringankan beban kami,” tandasnya.

0 Komentar