Demi Pilwu, Rela Pulang Kampung sampai Dua Kali

Demi Pilwu, Rela Pulang Kampung sampai Dua Kali
MUDIK LAGI: Sebagian warga memilih pulang kampung atau tunda balik keperantauan demi mendukung kerabatnya yang maju Pilwu. KHOLIL IBRAHIM/RADAR INDRAMAYU
0 Komentar

 
PARTISIPASI pemilih pada Pemilihan Kuwu (Pilwu) Serentak 2 Juni tahun 2021 ini diperkirakan meningkat.
Kendati di tengah pandemi Covid-19 dan bukan hari libur, warga pantang menyia-nyiakan pesta demokrasi desa untuk memilih calon kuwu (calwu) pilihannya. Demi mencoblos, mereka rela pulang kampung dua kali.
Seperti dilakoni Hari (55), warga di Kecamatan Bongas. Pedagang bubur ayam di wilayah Bekasi ini memilih bolak-balik ke kampung halamannya agar bisa hadir ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk mencoblos.
Awalnya, dia bersama istri dan anaknya mudik sebelum Lebaran. Lalu setelah hari raya Idul Fitri, kembali ke tempat bekerja. Tiga hari menjelang pencoblosan, Hari serta keluarganya pulang kampung lagi. “Ada kerabat yang nyalon kuwu, jadi ya mau tidak mau pulang kampung lagi. Sekalian juga ada tetangga yang hajatan,” ujarnya kepada Radar, kemarin.
Bapak empat anak ini mengaku, ongkos mudik dan pulang kampung kali ini dibantu oleh kerabatnya yang mencalonkan diri. Demikian juga dengan warga lainnya yang terikat kekerabatan, keluarga maupun pendukung.
Selain bolak-balik pulang kampung, sebagian warga lainnya ada yang memilih untuk menunda waktu balik ke tempat kerja usai lebaran Idul Fitri. Mereka yang masih bertahan itu sebagian besar adalah keluarga besar calwu yang ingin menyalurkan hak pilihnya atau sekedar memberikan dukungan. “Sengaja tidak balik dulu, karena ada keluarga yang ikut nyalon kuwu,” ucap Nanta.
Meski sudah berpindah domisili sehingga tidak memiliki hak pilih, dirinya ingin memberikan dukungan moral pada saudaranya. Selain juga ingin melihat langsung momen Pilwu yang berlangsung enam tahun sekali.
Tak hanya dirinya, beberapa anggota keluarga yang bekerja di kota-kota besar di wilayah DKI Jakarta juga ikut menunda waktu balik ketempat asal bekerja.
“Mayoritas kan pekerja informal, kaya saya pedagang beras. Ada juga keluarga lain yang nelayan dan PKL. Ditambah lagi anak-anak juga belum bisa masuk sekolah karena corona, jadi lebih baik dikampung dulu sambil silaturahmi bantu saudara yang nyalon,” tuturnya. (kho) 

0 Komentar