Heboh Surak, Dapat Koin Rp2.500 untuk Pegangan Saja, Tak Dibelanjakan

Heboh Surak, Dapat Koin Rp2.500 untuk Pegangan Saja, Tak Dibelanjakan
0 Komentar

Sejak pagi kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati Cirebon sudah dipadati pengunjung. Dari berbagai kota. Waktunya tradisi Grebeg Syawal Kesultanan Kanoman Cirebon. Jatuh pada 8 Syawal kemarin. Di antara ritualnya yaitu sawer atau surak. Bukan soal nilainya, warga ingin mencari keberkahan.
ADE GUSTIANA, Cirebon
AENI, warga yang datang dari Indramayu itu, memperoleh lima butir koin silver Rp500 dari hasil surak. Perempuan paruh baya itu rela berdesakan demi memperebutkan koin yang dibagikan oleh pihak kesultanan.
Selain dengan cara di-surak atau dilemparkan ke udara, warga meraih koin itu dari tangan ke tangan. Sambil memperlihatkan koin yang baru saja didapat, Aeni mengaku tak berniat membelanjakan uang yang baru saja dipegang itu. Mending disimpan.
“Buat pegangan saja, disimpan. Tidak dibelanjakan,” katanya. “Agar berkah dan dilancarkan rezekinya,” sambung Aeni, menjelaskan mengapa ia rela berdesakan mengikuti ritual tersebut. Bahkan datang sejak pukul 08.00 pagi.
Selain bagi pengunjung, keberkahan juga menghampiri para pedagang di sekitar kompleks pemakaman. Mereka mendapatkan omzet lebih dari biasanya. Pengunjung begitu ramai memadati area sekitar. Di sela jeda diisi dengan makan-makan kuliner khas Astana Gunung Sembung yang telah disiapkan. Sebelum berlangsungnya tradisi sedekah dengan cara surak itu.
Grebeg Syawal Kesultanan Kanoman Cirebon tahun ini dipimpin oleh Sultan Kanoman XII Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin yang diwakili Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran selaku Patih Kesultanan Kanoman. Esensi Grebeg Syawal yaitu ziarah kubur atau nyekar ke makam raja-raja Kesultanan Kanoman yang telah wafat dan disemayamkan di kompleks Astana Gunung Sembung atau kompleks Makam Sunan Gunung Jati.
Ritual diawali dengan berkumpulnya keluarga Sultan di Pendopo Jinem Keraton Kanoman. Pukul 06.30 Gusti Patih dan keluarga berangkat dari Pendopo Jinem dan sampai di Astana Gunung Sembung sekitar pukul 07.00 WIB. Setelah tiba, Gusti Patih dan keluarga memasuki kori atau pintu gapura. Yakni pintu pertama yang ada di dekat alun-alun dan kori atau pintu krapyak. Lalu memasuki pintu tujuh atau lawang pitu Giri Nur Saptarengga.

0 Komentar