Kajian dan Riset Tak Hanya Jawa Barat, tapi Nusantara

Kajian dan Riset Tak Hanya Jawa Barat, tapi Nusantara
0 Komentar

Kecintaan terhadap kesenian, terutama seni tradisi, juga ia tumpahkan lewat tesisnya tentang tari ronggeng di Ciamis dan Doger di Subang, serta sejumlah kajian lainnya. Antara lain tentang pesta laut dan tradisi-tradisi lainnya.
Untuk semakin memperdalam pengetahuannya tentang kesenian, Yanti pun terus melanjutkan studi S3 di UGM di tahun 2008 dan lulus tahun 2013. Dia kemudian mulai konsentrasi terhadap perkembangan kesenian, bukan hanya di Jabar, melainkan Nusantara.
“Jadi panjang perjalanannya. Dulu SMA saya ambil jurusan Fisika. Tapi saya coba ambil hikmahnya, itu bagian perjalanan yang harus saya jemput. Ilmu fisika itu kan eksak. Sebenarnya banyak ilmu alam yang mengajarkan cara berfikir logisnya kuat. Dan itu jadi bekal saya dalam mendalami seni tanpa membuang karakteristik dan arti dari seni itu sendiri,” jelasnya kepada Radar, kemarin.
Darah seninya diakui mengalir dari sang ayah yang merupakan tokoh seniman desa, ditambah dengan kemampuan ilmu Fisika. “Sehingga saya tidak terlalu kesulitan saat disertasi atau saat melakukan penelitian. Dengan metode combine, memadukan ilmu pasti dan ilmu seni, ternyata memudahkan tugas-tugas saya,” kata wanita kelahiran 6 Maret 1977 itu.
Sementara soal seni dan tradisi di Wilayah III Cirebon, Yanti menegaskan bahwa potensi seni budaya dan tradisi di wilayah ini sangat besar. Hanya saja karena kurang perhatian dan kurang digali, maka kesenian tersebut berangsur mulai hilang.
Padahal kesenian dan budaya adat, sambung Yanti, merupakan harta karun yang tidak ternilai harganya yang patut dijaga dan dilestarikan. “Untuk itu, apa konsep yang bagus dalam upaya mempertahankan tradisi dan budaya yang tergusur yang mulai hilang. Yang pertama, yang paling penting adalah harus mengetahui terlebih dahulu kearifan lokal yang terkandung dalam seni tradisi tersebut,” jelas Yanti.
Kemudian yang kedua, lanjutnya, perlu adanya penelusuran spesifik tentang budaya atau adat istiadat dengan mengundang para ahli, ulama, tokoh masyarakat, dan media. Semua bisa duduk bersama untuk mengkaji makna kearifan lokal yang ada dalam seni, kemudian baru berbicara masalah pelestarian. “Kemudian baru membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian adat istiadat dan seni budaya lokal tersebut,” urainya.

0 Komentar