Kalau Kopi, Singgah Bukber di Masjid Merah Panjunan

Kalau Kopi, Singgah Bukber di Masjid Merah Panjunan
0 Komentar

Kuliner di masa lampau wilayah Panjunan tak lepas dari pengaruh Arab. Jika di Masjid Asy Syafii Bayasut ada Bubur Harisa, di Masjid Merah Panjunan begitu khas dengan Kopi Arab.
ADE GUSTIANA, Cirebon
JAMUAN Kopi Arab sudah melekat menjadi sebutan warga sekitar. Selain bubuk kopi, bahan bakunya sendiri menggunakan rempah-rempah. Biasa dihidangkan selepas Salat Teraweh. Jadi menu pilihan selain kopi jahe. Juga teh hangat yang dikonsumsi saat Adzan Magrib baru berkumandang.
“Mungkin karena dikonsumsi di Kampung Arab, nuansa sekitar dan rasa kuliner (di Panjunan, red) menjadi begitu khas,” tutur M Shaleh, jamaah Masjid Merah Panjunan kemarin.
Cara meracik Kopi Arab, sebelum direbus, bumbu rempah-rempah direndam. Lalu ditumbuk. Setelah air mendidih, bumbu dan kopi dimasukkan dan diaduk hingga kental. Sebelum disajikan, hasil rebusan disaring untuk memisahkan ampas kopi dan bumbu rempah. Perpaduan kopi, jahe, dan rempah membuat rasanya berbeda dengan sekadar kopi dan gula.
Jika diperhatikan, kuliner khas Panjunan selalu mengandalkan rempah-rempah. Ya, misalnya pada hidangan Bubur Harisa sebelumnya. Menurut Ibrahim Bayasut, putra pendiri Masjid Asy Syafii Bayasut, rempah-rempah merupakan hasil bumi yang melimpah dari Indonesia. Sehingga banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai adonan segala macam kuliner.
Suasana Kampung Arab di Panjunan, kata Ibrahim, sudah jauh berbeda. Karena penduduk Arab setempat banyak yang merantau ke kota lain di Indonesia. Hanya menyisakan beberapa keturunannya saja. Mereka akan kembali ke Panjunan untuk bersilaturahmi dengan orang tua saat Idul Fitri. “Dulu, orang Arab ke sini untuk menyebarkan Agama Islam. Yaitu, laki-laki muda, bujang, dan biasanya akan menikah dengan orang pribumi,” ungkap Ibrahim.
Ia menambahkan, mata pencarian keturunan Arab di awal kedatangannya mayoritas sebagai pedagang. Namun bukan berdagang hasil bumi seperti rempah-rempah. Saat ini kawasan Panjunan banyak berdiri bangunan pertokoan. Menjadi pusat toko elektronik, minyak wangi, dan lain-lain.
Kawasan di Kecamatan Lemahwungkuk ini juga pernah menjadi sentra kerajinan gerabah. Meski perlahan telah berubah, namun satu yang masih menjadi ciri khas kawasan tersebut, yakni masyarakat keturunan Arab atau Timur Tengah.

0 Komentar