Kedai Kopi Ajak UKM Berkembang

kedai-kopi
Owner Bara Coffee Oji Subrata menyeduh kopi di kedainya. Hari Kopi Internasional diharapkan jadi momentum kebangkitan UKM. Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

“Mungkin tergangung selera ya, tapi kalau kita lihat produk makanan tradisional dan camilan lokal khas Cirebon ini, ragamnya banyak. Jadi akan punya segmen penyukanya masing-masing,” ungkapnya.
Meski demikian, untuk dapat masuk ke kedai kopi, para pelaku usaha UMKM juga diminta agar terlebih dahulu melakukan standarisasi, baik itu standarisasi bentuk dan jenis serta rasa, dan yang utama adalah standarisasi packaging.
“Misalnya pruduk makanan jajanan pasar, diusahakan harus bisa mengemas produknya semenarik mungkin. Untuk bentuk dan ukuranya juga, jadi ketika kita menawarkanya kepada pelanggan, pasti punya nilai dan daya tarik yang lebih,” ungkapnya.
Dari ratusan kedai kopi yang ada di Cirebon, dia berharap para pengelolanya dapat mendaftarkan para baristanya untuk mengikuti sertifikasi. Hal ini, juga merupakan bagian dari proses edukasi kepada barista, terutama kepada pelanggan tentang cara menikmati dan menilai rasa kopi yang sebenarnya.
Namun memang untuk tahun ini proses sertifikasi barista kopi masih belum ada momen. Karena selain tengah memasuki masa pandemi yang memaksa membatasi beragam aktifitas. Lembaga yang ditunjuk sebagia penguji sertifikasi barista, sedang menunggu proses penunjukkan.
“Kalau dulu kan kita ikut sertifikai barista, pengujina Bekraf (Badan Ekonomi Keratif). Sekarang, setelah Bekrafnya melebur ke Kempar dan ekonomi keratif, belum ada informasi lembaga yang berhak menyertifikasinya siapa,” imbuhnya.
Terlepas dari itu semua, yang jelas siapapun berhak untuk membuat dan menikmati kopi. Tidak ada yang benar dan salah dari cara setiap orang menikmati kopi. Baik itu kopi yang diracik dari olahan gilingan biji, maupun yang diseduh dari produk kopi kemasan. Karena setiap orang punya seleranya masing-masing, termasuk hidangan pendampingnya. (azs)

0 Komentar