Melihat Koleksi Peninggalan Srikandi dari Cirebon

olly-sastra-rumah
Esti Handayani bersama beberapa barang peninggalan sang ibu. Di kediaman tersebut banyak menyimpan benda yang punya nilai sejarah. Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

“Anak ketudjuh dari sdr Soetopo dan sdr Olly Soekini saja beri nama Pandji Saptohadi. Djakarta 6 Djuni 1957. Soekarno,” demikian isi surat dengan ejaan lama tersebut. Walaupun sangat pendek, namun hal itu tentunya sangat berharga bagi Olly Sastra.
Selain itu, Olly Sastra juga sering berkirim surat dengan Hartini. Salah satu istri Soekarno. Banyak hal yang dibicarakan oleh Olly dan Hartini. Terutama soal kegiatan sosial dan organisasinya.
Setelah Haji Oentung Sastra meninggal pada tahun 1970, rumah tersebut pernah disewakan. Namun tidak lama, rumah itu diambil alih oleh sang bunda, Olly Sastra. Rumah itupun kemudian dijadikan tempat pelatihan dan kursus tata boga dan tata rias.
Olly Sastra dikenal gigih dalam pemberantasan buta huruf dan peningkatan keterampilan bagi perempuan dan anak korban perang. Setelah masa kemerdekaan ia turut mendirikan PPA (Panti Pendidikan Anak anak) yang bertujuan untuk mendidik anak anak korban perang.
Ia juga ingin perempuan perempuan cirebon bisa hidup mandiri serta berdaya. Ia yang pernah menempuh pendidikan di MULO ini menyalurkan ketrampilanya kepada perempuan. Atas kegigihanya dalam meningkatkan keterampilan perempuan, tahun 1979 ia mendapatkan penghargaan dari Ibu Tien Soeharto. Istri Presiden Soeharto.  Momen itu juga diabadikan dalam sebuah foto yang masih tersimpan rapi.
Kini rumah seluas 500 meter persegi itu masih ditempati oleh Esti berserta suami dan seorang anaknya. Rumah penuh kenangan itu, juga masih difungsikan sebagai tempat LKP dan LPK untuk bidang tata boga dan tata rias.
Esti mengaku dirinya hanya melanjutkan apa yang pernah ia pelajari dari orang tuanya secara turun temurun. Ia sendiri mengaku tetap akan mempertahankan, baik bentuk dan perabotanya agak kelak bisa dinikmati oleh anak anak dan cucunya. “Ini tetap akan seperti ini. Kalau dengan sejarah, kita tidak bisa mengelak,” pungkasnya. (*)

0 Komentar