Adaptasi kebiasaan baru (AKB) menghasilkan terobosan baru. Cabang olahraga taekwondo akan menghelat kejuaraan poomsae secara virtual. Nah, Taekwondo Indonesia (TI) Kota Cirebon mengikuti kejuaraan model baru ini. Bagaimanakah persiapannya?
Tatang Rusmanta, Cirebon
ARENA latihan taekwondo Kota Cirebon di Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, kembali disambangi para atlet. Program pembinaan digelar lagi setelah lebih dari tiga bulan dihentikan sementara akibat merebaknya virus corona jenis baru. Tidak kurang dari 10 atlet dipersiapkan TI Kota Cirebon menyongsong kejuaraan virtual yang akan digelar Agustus mendatang.
Kejuaraan itu hanya mempertandingkan kategori poomsae. Pertandingannya tidak melibatkan kontak fisik. Poomsae adalah pertandingan kategori jurus. Yang dinilai adalah ketepatan dan keserasian gerak sesuai jurus baku yang disepakati federasi taekwondo dunia. Ada beberapa nomor. Perorangan, berpasangan, dan beregu.
Karena itulah pertandingannya bisa dilaksanakan secara daring atau dalam jaringan. Untuk mengikuti kejuaraan ini, taekwondoin Kota Udang tidak harus beranjak jauh ke Jakarta atau Bandung. Cukup di Cirebon saja. Ya, di arena latihan itu tadi. Yang di Kelurahan Kalijaga. Fasilitas latihannya merupakan aset pribadi. Milik Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Binpres) TI Kota Cirebon, Suwiriyadi.
Nah, di situ lah nantinya para atlet akan menunjukkan performa terbaik mereka. Disiarkan secara langsung lewat aplikasi video konferensi. Para juri memberikan penilaian berdasarkan tayangan dari aplikasi tersebut. “Secara teknis penilaiannya sama dengan kejuaraan biasa. Mungkin akan ada beberapa penyesuaian saja,” kata Suwiriyadi, kemarin (23/6).
Kejuaraan bertajuk Indonesia Poomsae Championship tersebut digelar oleh Sportina Coach. Berstatus kejuaraan terbuka. Artinya tidak ada batasan wilayah peserta. Menurut Suwiriyadi, pesertanya dari seluruh Indonesia. “Makanya kami ikut. Kesempatan yang bagus buat para atlet. Sekalian menjajal lawan level nasional,” tambah peraih medali perak PON 2000 itu.
Di sisi lain, para atlet merasakan nuansa yang jauh berbeda. Tentu akibat pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Yang berbeda bukan bentuk kejuaraannya saja. Persiapannya pun lain dari biasanya. Banyak penyesuaian. Para atlet dituntut beradaptasi dengan kebiasaan baru. Intensitas latihan pun jauh berkurang. Dari lima sampai enam hari menjadi hanya dua hari dalam sepekan.