Mengenal Carlan MPd, Penyandang Disabilitas yang Berprestasi

Mengenal Carlan MPd, Penyandang Disabilitas yang Berprestasi
0 Komentar

Dirinya mengaku tema tersebut dipilih karena merasa prihatin dengan perilaku kekerasan atas nama agama dan tindak intoleransi yang masih terjadi. Bahkan hingga saat ini. “Ternyata saya menemukan fakta lain di Cigugur. Keragaman agama itu tidak nampak adanya kekerasan, intoleransi. Inilah yang ingin saya pesankan secara moral kepada Indonesia,” ujarnya.
Carlan sendiri telah memulai bimbingan disertasi sejak semester 1 secara informal. Hasil bimbingan itu dia rekam dalam memori dan kemudian ditulis ulang oleh orang dekatnya. Disertasi itu disusunya hingga mencapai 289 halaman. Menurutnya, Cigugur merupakan aset  bernilai Kabupaten Kuningan. Lantaran terdapat berbagai kekayaan agama dan budaya Sunda yang masih lestari sampai kini.
Sikap toleransi masyarakat Cigugur juga tercermin dalam perilaku keseharian. Penghormatan terhadap leluhur dan orang lain yang beda keyakinan terawat dengan baik. Di sidang ini, Carlan diberi kritik dan penguatan untuk mendukung argumentasi dan data lapangan dalam disertasinya. Dia sudah merekam apa saja masukan para penguji untuk perbaikan disertasinya.
Selanjutnya, disertasi akan diperbaiki. Dan kembali disidangkan secara terbuka pada 12 Maret 2021 mendatang. Jika tak ada revisi lagi, maka ia berhak untuk menyandang gelar doktor pertama lulusan Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Carlan sendiri lahir pada 1972. Ia menempuh pendidikan SD di Desa Karanganyar, Luragung. Lanjut ke SLB Perwari Kuningan untuk setara SMP. Dan masuk SMA Pertiwi Cilimus sampai lulus. Gelar Sarjana S1 ia peroleh dari salah satu universitas di Kuningan. Sementara gelar S2 ia dapatkan setelah menuntaskan pendidikan di Sekolah Tinggi Manajemen, Jakarta.
Saat ini, dirinya menjabat sebagai Kepala Bidang PAUD dan Dikmas di Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan. Di tempatnya bekerja, Carlan juga merupakan pegawai berprestasi. Ia mendapatkan predikat sebagai ASN terbaik se Jawa Barat pada tahun 2019.
Meskipun dengan keterbatasan fisik, dirinya justru bisa mengalahkan ASN lain dari 26 kabupaten/kota yang bukan penyandang difabel. “Lomba ASN berprestasi tingkat provinsi dan saya dinyatakan ASN terbaik eselon 3 tingkat Provinsi Jawa Barat. Dan oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan saya diberi kepercayaan untuk melanjutkan tugas belajar untuk program doktoral,” pungkasnya.

0 Komentar