Petani Mangga Merugi

Petani Mangga Merugi
MERUGI: Kelompok Petani Mangga di Kecamatan Jatibarang sedang mengemas buah mangga. Mereka mengeluhkan sulitnya pemasaran buah mangga di saat pandemi Covid-19. FOTO: ANANG SYAHRONI/ RADAR INDRAMAYU
0 Komentar

 
 
INDRAMAYU – Dampak pandemi virus Corona (Covid-19) turut dirasakan petani mangga di Kabupaten Indramayu. Pasalnya mempengaruhi daya beli masyarakat semakin menurun membuat kelompok petani mangga mengalami kesulitan dalam pemasaran. Imbasnya merugikan para petani.
Hal itu sampaikan ketua Kelompok Petani Mangga Angling Darma Kecamatan Jatibarang, Waryana. Dia mengaku omset penjualannya terus mengalami penurunan hingga 70 persen dibandingkan sebelumnya. Hal itu dikarenakan daya beli masyarakat terhadap buah mangga kian rendah, sehingga pengepul buah mangga di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Bogor, tidak mau menerima buah mangga hasil panen secara penuh.
“Lagi sepi orderan dari para pengepul, padahal stok buah mangga panen sekarang lagi melimpah. Cuma pemasarannya saja sepi. Daya beli masyarakat lagi rendah terhadap buah mangga. Di kota-kota besar lagi sepi. Ya dampak Covid juga. Dari setiap hari hasil panen paling bisa ngejual antara 20 % sampai 30 % saja,” keluh Waryana pada Radar.
Menurunnya daya beli masyarakat, lanjut Waryana ikut berpengaruh pada harga buah mangga terutama buah mangga gedong gincu khas Indramayu. Sebelumnya mampu berada di harga bagus Rp35 ribu perkilo. Saat ini harganya jatuh hanya di kisaran harga Rp25 ribu perkilo. Sehingga pengepul menekan harga buah mangga di tingkat petani lebih rendah dari harga normal.
“Harga beli ke petani jadinya ditekan dan pembayarannya lambat. Setelah barang terjual baru dibayarkan ke petani. Alasan sama orderan lagi sepi, ordernya  sedikit. Jadi jika mau kirim berat diongkos. Belum lagi biaya untuk orang kerja bantu petik, dan lainnya,” ujarnya.
Senada dikatakan Zaelani yang ikut mengalami hal yang sama. Buah mangga hasil panennya dalam sehari tidak dapat terjual habis, dan pengepul langganannya tidak dapat menerima semua hasil kebun mangga kelompoknya.
Kendati dalam pemasaran tidak hanya secara offline, namun online, dikatakan Zaelani hasil penen buah mangga tidak dapat terjual secara maksimal, dan terus menyisakan barang. “Jualan online juga tapi hasilnya tidak banyak akibatnya biaya ongkir. Jatuhnya lebih mahal. Karema permintaan barang rendah dan tidak ideal dengan jumlah tonase kendaraan. Pengaruhnya ongkir lebih mahal. Tonase sedikit ongkos kirimnya tetap,” tuturnya.

0 Komentar