Sesepuh Pesantren Benda Kerep Menolak Penobatan PRA Luqman

sultan-keraton-kasepuhan-cirebon
Meski terjadi konflik internal keluarga terkait takhta Keraton Kasepuhan, namun kunjungan wisata tetap kondusif. Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

CIREBON – Para pengasuh Pondok Pesantren di Kampung Benda Kerep menegaskan penolakan mereka terhadap penobatan PRA Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan Cirebon.
Salah satu sesepuh Pesantren Benda Kerep, Muhamad Ibnu Ma’isy mengatakan, para kiai di Benda Kerep telah mendapatkan cerita secara turun temurun bahwa Keraton Kasepuhan sudah tidak lagi dipimpin oleh sultan yang berasal dari trah keturunan Sunan Gunung Jati.
Kesultanan Kasepuhan telah meleceng dari tradisi dan pepakem bahkan telah terjadi pasca terbunuhnya Sultan Sepuh V, Pangeran Muhamad Shofiudin Matangaji.
Sultan Matangaji dibunuh dengan cara ditusuk dengan kerisnya oleh seseorang yang dikenal sebagai Ki Muda.
Ki Muda merupakan paman Sultan Matangaji dari garis ibu yang berasal dari Talaga. Setelah sebelumnya pihak Belanda tak berhasil membunuh dengan cara ditembak. Oleh pemerintah Belanda ketika itu, Ki Muda lantas diangkat sebagai polmak atau pejabat sementara pengganti sultan.
Takhta Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon seharusnya diberikan kepada saudara Sultan Matangaji, yaitu Pangeran Surya Negara. Namun hingga wafatnya, takhta tak juga diberikan kepada Pangeran Surya Negara.
“Selama Kasepuhan berada di tangan Belanda. Kita semua berdosa karena memberiarkan berlangsungnya kedzaliman,” ujar Ibnu Maisy, kepada Radar Cirebon, Selasa (18/8).
“Kalau boleh saya menggambarkan, siapapun orangnya yang tidak tega melihat orang tuanya dibunuh dan rumahnya dikuasai,” tambahnya.
Sebelumnya, dalam sebuah Video berjudul KH Ismail Angkat Bicara Merasa Dibohongi Pangeran Kuda Putih beredar di dunia maya.
Video itu menjadi viral lantaran sebelumnya KH Ismail yang merupakan sesepuh Pondok Pesantren Benda Kerep mucul sebagai perwakilan ulama yang menandatangani penolakan PRA Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Sepuh XV.
“Saya KH Ismail merasa dibohongi oleh saudara Heru. Karena saya tanda tangan tidak dibaca dulu. Tidak tahu isinya. Itu yang saya sesalkan,” ucap KH Ismail dalam video tersebut.
Berselang sehari, Anak KH Ismail, Ali Muhammad Ciptarasa memberikan klarifikasi terkait video tersebut. Menurut Ali, pernyataan ayahnya dalam video tersebut berada dalam tekanan pihak tertentu. Di mana ayahnya diancam akan dijerat hukum bila tak mengeluarkan pernyataan tersebut.

0 Komentar