Stok Terakhir, Hari ini Langka

Tempe-mulai-langka
MULAI LANGKA: Mahalnya harga kedelai membuat para perajin tahu tempe di Kabupaten Kuningan mogok. Kondisi ini menyebabkan ketersediaan tahu tempe di pasaran pun mulai langka. Foto: M Taufik/Radar Kuningan
0 Komentar

KUNINGAN – Ketersediaan tahu tempe di pasar tradisional sejak beberapa hari terakhir ini mulai terjadi kelangkaan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar para perajin tahu tempe di Kabupaten Kuningan bersepakat mogok akibat tingginya harga kacang kedelai.
Seperti terpantau di Pasar Cilimus, hanya beberapa pedagang tahu tempe masih berjualan. Itu pun sebagian besar hanya menjual tempe, sedangkan tahu hanya sedikit saja bahkan ada yang kosong.
“Sudah dua hari para perajin tahu tempe di Kuningan mogok gara-gara harga kacang kedelai sebagai bahan bakunya sekarang mahal. Sekarang saya hanya menjual tempe, karena ini produksi tiga hari yang lalu. Untuk besok (hari ini, red) kemungkinan kosong,” ungkap Iskandar salah satu pedagang tahu tempe di Pasar Cilimus kepada RadarKuningan, Selasa (22/2).
Iskandar mengatakan, tempe yang dijualnya adalah kiriman dari perajin di daerah Cilimus Kabupaten Kuningan dan Halimpu Kabupaten Cirebon. Dikatakan, proses pembuatan tempe memang berbeda dengan tahu karena ada proses peragian yang memakan waktu hingga tiga hari.
“Makanya, tempe yang saya jual ini adalah stok terakhir karena dibuatnya tiga hari yang lalu. Kemungkinan besok kosong, karena para perajinnya kompak mogok sebagai bentuk protes kepada pemerintah karena harga kacang kedelai mahal,” ujar Iskandar.
Meski demikian, kata Iskandar, tempe yang dijualnya pun kini mempunyai ukuran lebih kecil dari biasanya. Hal ini, lanjut dia, merupakan salah satu strategi perajin tempe yang tak ingin rugi besar atas kondisi mahalnya harga kedelai.
“Kalau harga masih tetap, tapi ukurannya yang diperkecil. Akibatnya banyak pelanggan saya yang protes. Tapi bagaimana lagi, karena kondisinya begini. Beli syukur, tidak juga tidak apa-apa,” ketusnya.
Kelangkaan ini pun banyak dikeluhkan masyarakat, terutama para pedagang kuliner yang mengandalkan tahu tempe sebagai hidangan utama. Seperti diungkapkan Rustini, kini dia tak lagi menyertakan tahu pada hidangan ayam gepreknya dan menggantinya dengan tempe.
“Saya sudah putar-putar pasar, ternyata tahu sudah tidak ada, hanya tempe saja. Terpaksa ayam geprek saya dijual hanya dilengkapi tempe. Tidak tahu kalau besok tempe juga kosong, saya harus ganti pakai apa,” ujar Rustini.

0 Komentar