Tradisi Tawurji dan Ngapem; Berharap Pandemi Berlalu

tradisi-rebo-wekasan-keraton-kanoman
Keraton Kanoman menggelar tradisi ngapem dan tawurji secara terbatas, kemarin. Dalam doanya, berharap agar pandemi Covid-19 segera berakhir. Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

CIREBON – Di hari Rabu terakhir bulan shafar, Keraton Kanoman menggelar tradisi Tawurji sebagai bagian dari tradisi menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Muludan. Namun adanya pandemi Covid-19, membuat tradisi membagikan uang koin itu digelar secara terbatas. Mengikuti anjuran pemerintah daerah dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19.
Pada pelaksanaan tradisi Tawurji tahun-tahun sebelumnya, pihak keraton mengundang banyak massa. Tradisi Tawurji kali ini hanya diikuti sedikit orang saja. Khususnya hanya meliputi keluarga Keraton dan para abdi dalem yang jumlahnya terbatas.
Tradisi Tawurji dimulai dengan didoakanya uang koin beragam pecahan yang dicampur dengan aneka permen oleh Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin, Sultan Kanoman XII. Kemudian para family bersiap di depan kedaton untuk membagikan dengan cara ditaburkan di hadapan para abdi dalem.
Peserta yang ikut pun sangat antusias. Setelah koin yang ditaburkan habis tak bersisa, tradisi tawurji pun berakhir. Peserta langsung membubarkan diri.
Juru Bicara Kesultanan Kanoman, Ratu Raja Arimbi mengatakan, menurut cerita yang berkembang di lingkungan keraton, tradisi tawurji bermula dari upaya perlindungan murid-murid Syekh Lemah Abang yang dianggap sesat, disertai nasib mereka yang terlunta- lunta. Hal tersebut menyebabkan Sunan Gunung Jati melindungi mereka dengan memberikan uang koin sebagai bekal untuk bertahan hidup.
Peristiwa ini tepat pada hari Rabu terakhir bulan shafar dan pada hari itu juga berbarengan dengan tradisi ritual ngapem di bangsa Paseban Keraton Kanoman, dengan memanjatkan doa kepada Allah dan tawassul kepada para wali dan leluhur raja-raja di hari yang sama. Keraton Kanoman juga menggelar tradisi Ngapem. Ngapem sendiri merupakan ritual membuat dan membagikan apem, kue berbahan tepung beras dan ragi, kepada warga sekitar keraton.
“Mengingat kondisi hari ini yang rawan akan penyebaran Covid-19, tradisi ngapem juga berjalan lebih tertutup tanpa mengurangi kekhusyuan dan esensi doa di dalamnya,” ungkapnya.
Di samping untuk melestarikan tradisi, lanjut Ratu Arimbi, tradisi tawurji dan ngapem, Keraton Kanoman juga menaruh doa mendalam supaya pandemi Covid-19 cepat berlalu. Di dalam dua tradisi tersebut, memiliki nilai untuk belajar mengeluarkan sedekah yang diyakini menjadi media mencegah musibah.

0 Komentar