Akumulasi data tersebut diambil dari hasil uji spesimen sebanyak 187.965 yang dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di 61 laboratorium dan Test Cepat Melokuler (TCM) di 10 laboratorium. Sebanyak 140.473 orang yang diperiksa didapatkan data 17.514 positif dan 122.959 negatif. Kemudian untuk jumlah orang dalam pemantauan (ODP) menjadi 270.876 orang dan pasien dalam pengawasan (PDP) menjadi 35.800 orang. Data tersebut diambil dari 34 provinsi dan 387 kabupaten/kota di Tanah Air.
Sementara itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan beberapa institusi mitra tengah gencar mempersiapkan uji klinik dua produk immunomodulator di rumah sakit (RS) darurat penanganan Covid-19 Wisma Atlet. Immunomodulator berfungsi untuk meningkatkan sistem imun tubuh yang berperan penting untuk melawan virus Corona penyebab Covid-19. Uji klinik tersebut direncanakan dilakukan pada satu atau dua pekan lagi.
Dua produk tersebut berbahan jamur Cordyceps dan kombinasi herbal dengan mengombinasikan bahan-bahan tanaman obat asli Indonesia. Jahe sebagai salah satu bagian dari kombinasi itu. Produk immunomodulator tersebut dibuat dalam sediaan tablet sehingga bisa diminum oleh pasien yang dirawat di rumah sakit Wisma Atlet nantinya.
Sudah sejak lama jamur Cordyceps digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti kanker. Jamur Cordyceps mengandung beberapa senyawa aktif yang berguna untuk kesehatan tubuh, yakni Adenosine, Cordycepin dan Polisakarida. Adenosine berpotensi sebagai antivirus, Cordycepin sebagai antiinflamasi dan antivirus, Polisakarida memiliki aktivitas imunomodulator, antioksidan, anti tumor dan anti aging.
Sistem imun sangat penting untuk melawan virus yang masuk ke tubuh. Jika sistem imun kalah melawan virus, maka virus bisa berkembang dalam tubuh. ”Kita mengembangkan immunomodulator ini untuk meningkatkan sistem imun yang ada dalam tubuh kita terutama pasien Covid-19, sehingga dengan meningkatnya sistem imun itu bisa mengalahkan virusnya, juga mempercepat penyembuhan pasien Covid-19. Sesuai protokol, uji klinik berlangsung selama 14 hari,” terang Peneliti bidang Bioteknologi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Masteria Yunovilsa Putra. (fin/ful)