CIREBON – Meningkatnya kasus positif Covid-19 di Kota Cirebon, membuat fasilitas medis diperketat dalam penerimaan pasien yang hendak dirawat. Pasien dalam kondisi gejala klinis apapun mesti melewati proses skrining sebelum masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan dilakukan perawatan di rumah sakit.
Mengacu pada munculnya kasus pasien positif corona ke-15 dan ke-16 di Kota Cirebon, saat berobat dan hendak dirawat di rumah sakit, keduanya hanya menunjukkan gejala klinis gangguan pernafasan dan gangguan pencernaan (diare). Namun, setelah dilakukan skrining ternyata keduanya positif corona.
Kepala Dinas Kesehatan, dr H Edy Sugiarto MKes menjelaskan, mulai beberapa hari terakhir ini sejak muncul kasus baru di RS Kota Cirebon, semua pasien harus mengikuti prosedur. Terlepas dari keluhan apapun yang diderita.
“Sekarang semua RS, di swasta, kalau ada pasien datang yang memerlukan perawatan harus melewati skrining dulu,” kata Edy, kepada Radar Cirebon, Senin (29/6).
Skrining yang dimaksud bisa swab test ataupun minimalnya rapid test. Skrining menggunakan swab test juga sudah memungkinkan, karena di RS Gunung Jati sudah ada fasilitas PCR.
Dinkes sejauh ini telah nendistribusikan alat rapid test ke seluruh RS Swasta di Kota Cirebon. Perangkat tes cepat bantuan dari pemerintah digunakan untuk skrining pasien. Sebab, pasien yang baru datang untuk dirawat, tidak ter-cover dalam jaminan kesehatan nasional (JKN).
“Syaratnya, mestinya memang diutamakan bagi pasien yang tidak mampu, karena untuk membayar biaya rapid test sekitar Rp200-300 ribuan. Tapi, kalau kondisi darurat, siapapun bisa dilayani rapid test itu, karena pasien dalam kondisi darurat perlu penanganan segera,” tuturnya.
Seperti diketahui, pasien positif corona yang menjadi pasien positif ke-15 dan ke-16 di Kota Cirebon didiagnosis awal menderita gejala diare, namun saat dilakukan skrining ternyata keduanya positif covid-19
Kedua orang asal Jalan Samadikun tersebut sebelumnya telah melakukan perjalanan dari Madura, Jawa Timur. Setelah itu, keduanya saat perjalanan menggunakan bus transit dulu di Kabupaten Brebes, dan pulang ke kediamannya.
Dalam beberapa hari, tidak lama setelah kepulangannya, mereka menderita gejala diare, panas, batuk-batuk dan flu. Kemudian dibawa ke rumah sakit.