Dari penuturan saksi-saksi, pendeta itu ditembak dua kali di bagian dada dari jarak dekat. Belum jelas apa motif penyerangan tersebut. “Pada tahap ini, tidak ada hipotesis yang dikesampingkan atau tidak disukai,” lanjutnya.
Insiden penembakan pendeta menjadi aksi teror terbaru di Prancis dalam sepekan terakhir. Beberapa hari sebelumnya, Prancis digemparkan aksi pembunuhan sadis di dalam gereja Basilica Notre-Dame di kota pesisir Nice.
Sementara dari pernyataan Macron, Sekretaris Umum Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), Nasyirul Falah Amru mendesak Macron meminta maaf kepada umat Islam di seluruh dunia. Dia juga mendesak agar pemerintah memutuskan hubungan dengan Prancis.
“Bamusi mendesak Pemerintah Indonesia untuk memutus hubungan diplomatik dengan Prancis sementara waktu, sampai Presiden Macron menyadari kekeliruannya dan meminta maaf kepada seluruh umat Islam,” katanya.
Menurut politisi PDI Perjuangan ini, ketegasan terkait pemutusan hubungan diplomatik diperlukan agar Pemerintah Prancis menyadari bahwa generalisasi terhadap suatu agama adalah kesalahan besar.
“Apabila ada satu atau dua oknum yang melakukan tindakan keji, tak sepatutnya tindakan itu menjadi dasar generalisasi terhadap agama yang dianut oknum tersebut. Karena tindakan oknum itu sama sekali tidak mencerminkan ajaran agama yang dianut,” katanya.
Dia juga menyerukan agar umat Islam Indonesia maupun dunia memboikot seluruh produk Prancis. (gw/fin)
Â