Sat masuk komplek Masjidil Haram, ia dan rombongan sudah disediakan jalur oleh panitia di sana. Hal tersebut untuk mengurangi kontak dengan jamaah lain. Sehingga, potensi penyebaran Covid-19 dari pertemuan dan kontak langsung bisa diminimalisir.
“Kita masuk diperiksa. Kita perlihatkan tasreh dan nanti tinggal mengikuti garis biru yang sudah terpasang di lantai. Akses kita masuk dan keluar dibuat berbeda,” kilahnya.
Untuk memastikan seluruh jamaah menaati peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Arab Saudi, dalam rombongan tersebut, sambung Fatimah, melekat perwakilan pemerintah Arab Saudi yakni Muassasah dan Muthowif yang semuanya berasal dari pemerintah Arab Saudi.
Pulang dari melaksanakan ibadah umrah, rombongan pun kembali dikarantina di hotel. Jamaah kembali melaksanakan swab test dan dilarang keluar hotel. Selama di hotel, kebutuhan makan dan lain-lainnya diantarkan ke kamar para jamaah.
Selama kurang lebih 10 hari di Arab Saudi, jamaah lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam hotel. Semua ibadah wajib dan ibadah-ibadah sunah lainnya dilakukan dari dalam kamar hotel. Untuk bisa masuk ke komplek Masjidil Haram sangat sulit. Dijaga sangat ketat.
Fatimah menyebut, banyak sekali perbedaan pelaksanaan umrah di tengah pandemi dengan pelaksanan umrah di saat kondisi normal. Perbedaan pertama yang paling terlihat adalah dari pembatasan yang diberlakukan sengat ketat dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 oleh peemerintah Arab Saudi.
Hal lainnya yang juga dilarang adalah city tour ke sejumlah tempat yang biasanya jadi objek wisata umrah seperti Jabal Tsur, Jabal Rahma, Gua Hira dan lain-lainnya. Bahkan tidak hanya itu, sejumlah pedagang yang biasanya terlihat di jalan-jalan menuju pintu masuk Komplek Masjidil Haram pun tidak terlihat. Suasana saat itu sangat sepi.
“Kita tiba di Mekah dan saat itu tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Madinah. Tentu kecewa karena tidak bisa berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW. Kita dilarang ke Madinah karena ada jamaah dari Indonesia yang tidak tertib dan dianggap melanggar protokol kesehatan di sana,” jelasnya.
Dari sisi biaya, sambung Fatimah, otomatis ada penambahan karena umrah di tengah pandemi terjadi beberapa pembatasan dari mulai jumlah penumpang di bus yang dibatasi dan jumlah penghuni dalam satu kamar hotel juga dibatasi.