Sudah hampir satu tahun pelajar dan mahasiswa di Kota Cirebon mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kasus covid-19 yang masih tinggi kembali memaksa Pemkot Cirebon untuk kembali menerapkan PJJ di semester genap ini.
Pembejalaran Jarak Jauh yang diberlakukan kembali di semester baru ini membuat siswa dan orang tua dilema. Beberapa pelajar mengeluh akan tak efektifnya pembelajaran. Jenuh. Kondisi ini juga membuat orang tua dilema. Di satu sisi, khawatir akan penyebaran covid yang semakin merajalela. Di satu sisi khawatir akan dampak pembelajaran online yang terus menerus.
Salah satu orangtua siswa Aisyah Hawa merasa pembelajaran jarak jauh dirasa kurang efektif. Anak jadi kurang bersosialisasi. Kemudian psikis anak yang biasanya menemukan berbagai permasalahan dan mengatasinya bersama teman sebayanya pun berkurang. Apalagi anaknya baru menganyam pendidikan di jenjang baru. “Rutinitas anak pun berkurang, hanya di dalam rumah, ia juga jadi sedikit bersosialisasi,” ungkapnya.
Senada, Fatimah juga mengungkap yang sama. Ibu dua anak ini menyebut, saat PJJ, yang paling sulit adalah memunculkan mood anak. Persoalan lain adalah keterbatasan gadget. Selama ini PJJ dilakukan dengan menggunakan smartphone miliknya. Digunakan bergiliran. “Belum lagi kuota, yang memang harus selalu ada agar bisa ikut kelas. Ini tentu jadi beban tambahan lain,” jelasnya.
Ia pun menyarankan agar pembelajaran yang dilakukan tidak sepenuhnya online. Dalam artian beberapa kali guru melakukan visit ke rumah siswa untuk juga memberikan pendampingan. Sehingga pemahaman siswa lebih optimal. “Karena harus diakui pembelajaran online ini agak kurang dipahami oleh anak-anak,” jelasnya.
Orang tua siswa lainnya, Rudi Sutanto merasa pembelajaran daring memang kurang efektif. Namun di tengah kondisi pandemi, pembelajaran jarak jauh lebih baik daripada tatap muka.
Ia menyebutkan saat ini, di tingkat universitas saja masih melakukan pembelajaran online. jika pembelajaran TK, SD, SMP, dan SMA dipaksakan dengan digelar tatap muka, ini sangat mengkhawatirkan. “Sekarang punya uang untuk pengobatan tidak menjamin. Rumah sakitnya belum tentu ada. Tatap muka lebih baik dari pada PJJ meski PJJ memang tidak enak,” tukasnya.