Angkot Makin Berkurang, Dialihkan Jadi Odong-Odong

angkot-kota-cirebon
0 Komentar

“Dulu kita masih bisa napas karena banyak anak sekolah yang naik angkot. Sekarang susah. Apalagi sekarang sekolah pada tutup semua. Paling mengandalkan orang yang dari pasar saja,”
NASIB angkutan kota (angkot) kian terpuruk. Semakin hari jumlahnya semakin menyusut. Bahkan trayek D9 yang menghubungkan Dukuhsemar-Kalitanjung-Kebon Pelok sudah lama mati. Begitu pun dengan trayek D10. Sementara trayek D1, kini jumlah armadanya tinggal segelintir saja.
Menurunnya jumlah penumpang memang bukan perkara baru. Jauh sebelum terpukul karena pandemi Covid-19, nasib angkot telah tergencet oleh kondisi dan kebijakan pemerintah. Mudahnya mendapatkan kredit motor ditengarai merupakan salah satu pemicu yang membuat para sopir angkot merana. Selain itu, menjamurnya pesaing seperti angkutan online, hingga banyak angkot yang tidak layak jalan, membuat penumpang semakin meninggalkannya.
Berdasarkan data, sesuai dengan Keputusan Walikota Cirebon Nomor 05 tahun 1997 tentang Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Kota, pada tahun 1997 terdapat 1.039 jumlah alokasi angkot. Namun yang izinnya direalisasikan hanya 979 angkot. Trayek D6 yang menghubungkan Terminal Dukuhsemar-Krucuk-Pekalipan-Perumnas Selatan mendapatkan alokasi terbanyak yakni 198 angkot. Sementara trayek D9 yang memiliki panjang trayek 16,40 kilometer, memiliki jumlah alokasi paling sedikit, yakni 40 angkot.
Dulu angkot seolah menjadi primadona. Masyarakat tahu betul dengan kode yang ditampilkan di depannya. Kini, jumlah angkot semakin menyusut. Banyak pengusaha atau pemilik angkot yang terpaksa melego angkotnya demi menutup kebutuhan sehari-hari.
Salah satu sopir angkot, Andi, mengaku semakin ke sini pendapatannya semakin menurun. Dulu, warga Dukuhsemar ini bisa mendapatkan lebih dari 100 penumpang setiap harinya. Ia masih merasa untung dan bisa membawa pulang ke rumah. Namun kini kondisinya sangat jauh berbeda.
Ia mengatakan banyak orang beralih menggunakan kendaraan pribadi. Tidak sedikit pula yang beralih ke angkutan online. “Dulu kita masih bisa napas karena banyak anak sekolah yang naik angkot. Sekarang susah. Apalagi sekarang sekolah pada tutup semua. Paling mengandalkan orang yang dari pasar saja,” katanya kepada Radar.
Ya, angkot sebagai moda transportasi umum di Kota Cirebon tengah sekarat. Dari 15 jalur yang beroperasi di Kota Cirebon, saat ini sudah dua tidak beroperasi. Itu karena tidak ada pengusaha yang mau menjalankannya lagi.

0 Komentar