Yang juga sempat viral dua tahun lalu adalah adanya wifi di masjid yang berlokasi di Blok Siantong tersebut. Dimaksudkan agar anak-anak punya keinginan datang ke rumah ibadah umat Islam tersebut. Awalnya akses internet. Setelah itu diharapkan ambil wudhu dan salat berjamaah. Sampai sekarang fasilitas nirkabel itu masih bisa dinikmati.
Dari mana sumber dana membiayai itu semua? “Dari kami dan Yayasan Rumah Amal Bodesari juga banyak membantu. Serta donasi atau sumbangan dari warga,” ungkap Bendahara Umum Yayasan Rumah Amal Bodesari Siti Mahiroh, kemarin.
Kampung Ramadan 2.0 dimulai bakda ashar. Setengah 4 anak-anak hingga orang dewasa sudah tertib berkumpul di sepanjang jalan itu. Antre ke belakang. Mereka menanti kupon belanja gratis. Satu orang berhak untuk satu kupon. Total ada 50 kupon. Tiap hari selalu ludes. Kadang kurang.
Yang datang paling akhir konsekuensi tak kebagian. “Kita bagi, misal 30 kupon untuk anak-anak dan sisanya untuk ibu-ibu atau orang dewasa,” kata Siti. Satu kupon senilai Rp10 ribu. Hanya bisa dibelanjakan pada tenant sekitar. Lumayan. Bisa dapat 3 bungkus kolak –kembali Rp1 ribu. Pembagian kupon itu paling berlangsung 10 menit. Setelah itu dilanjut pertunjukan hiburan seperti yang telah disebutkan. Pun itu juga dibatasi. Tepat pukul 5 sore sudah harus berhenti. Giliran kuliah sore yang mengambil latar di teras masjid setempat.
Yaitu kajian kitab fiqih. Pematerinya pemuka agama setempat. Juga para sesepuh yang dituakan. Lanjut terus sampai menjelang magrib. Disambung buka puasa bersama. Nasi kotak dibagikan kepada sekitar 120 orang yang hadir. Termasuk panitia, remaja masjid, sesepuh dan peserta yang mayoritas anak-anak itu. Menu lengkap dengan takjil.
Salat magrib, isya hingga tarawih dilakukan berjamaah. Sementara seisi Kampung Ramadan membubarkan diri satu per satu –menjelang Salat Terawih. Pun begitu seterusnya. Kampung Ramadan tahun ini hanya berlangsung selama 15 hari. Penutupan dilakukan Sabtu (24/4) depan. Pertengahan Ramadan. Sedang tahun 2019 dilakukan satu bulan penuh. Perubahan dilakukan atas berbagai pertimbangan. Termasuk pandemi yang menjengkelkan ini. “Setelah Salat Terawih paling kita evaluasi. Apa yang kurang coba dilengkapi dan diperbaiki,” terang Ketua Riswa, Asep Saifurr Rohman kepada Radar Cirebon.