RUANGAN-ruangan khusus untuk pasien Covid-19 di RSD Gunung Jati (RSDGJ) nyaris penuh 100 persen. Pemkot Cirebon pun meminta bantuan TNI untuk men-support brankar yang akan ditempatkan di IGD.
Ya, perkembangan kasus Covid-19 Kota Cirebon memang mengkhawatirkan. Saat ini, semua fasilitas perawatan Covid-19 di rumah sakit hampir penuh. BOR di semua rumah sakit nyaris 100 persen. Sekretaris Daerah Kota Cirebon Drs H Agus Mulyadi MSi mengatakan positivity rate Kota Cirebon sudah mencapai 54 persen. “Tempat isolasi terpusat kita juga hampir penuh. Dan masih ada waiting list,” katanya.
Sekda yang akrab disapa Gus Mul itu mengakui IGD RSDGJ sudah tidak bisa menampung. “IGD sudah tidak mampu menampung. Brankar di IGD RSD Gunung Jati juga sudah habis. Makanya kita lakukan supporting dari KPBD untuk brankar daruratnya. Termasuk dukungan dari Dandim dan Danyon,” ujarnya.
Rencananya Kodim 0614 dan Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang 14/Pratiti Wira Yudha atau (Yon Arhanudse 14/PWY) akan segera membantu menyiapkan brankar darurat di IGD RSDGJ. “Bahkan brankar yang rencananya di Hotel Ono’s, kita tarik dulu, pindahkan dulu ke IGD RSDGJ. Karena ada urgensi di sana. Rencananya dari TNI akan menambah 15 brankar untuk RSDGJ,” kata sekda.
Sementara itu, Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan RSD Gunung Jati (RSDGJ) dr Siti Maria Listiawaty MM mengatakan kondisi ruang isolasi Covid-19 saat ini sudah tersedia 154 tempat tidur. Namun, RSDGJ baru bisa mengoperasionalkan 138 tempat isolasi. Dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia alias perawat.
“Sampai saat ini kita masih kewalahan dan keteteran. Terutama melihat kondisi di lapangan, banyak masyarakat yang terpapar dan perlu dirawat intensif. Makanya kami usahakan mempersiapkan yang terbaik. Walaupun kita keterbatasan tenaga kesehatan,” ujar Siti, kemarin.
Hingga kemarin RSD Gunung Jati juga sudah membuka satu ruangan bernama Teratai 3 di lantai 3 gedung IGD RSDGJ dengan kapasitas 21 tempat tidur. Walaupun pembukaan ruang itu dilakukan dengan cara menutup 1 ruangan penyakit dalam non-Covid-19. “Kita buka dengan menutup 1 ruangan penyakit dalam. Dan kita mengambil tenaga ataupun perawat dari ruangan-ruangan lain yang sedang banyak pasiennya. Mereka juga bukan tenaga sebenarnya untuk isolasi. Sehingga benar-benar keteteran,” tambah Siti.