TENAGA kesehatan (nakes) yang terkonfirmasi positif Covid-19 masih cukup banyak. Hal itu pun berdampak pada penutupan atau kebijakan lockdown pada fasilitas layanan kesehatan seperti puskemas. Hingga kemarin sedikitnya 22 puskesmas yang lockdown. 15 di Kabupaten Cirebon, 7 di Kota Cirebon.
Sekretaris Dinkes Kabupaten Cirebn dr Edi Susanto MM membenarkan sekitar 15 puskesmas yang terpaksa lockdown untuk disinfektanisasi dan tracing serta tracking. “Ada 15 puskesmas yang lockdown. Tapi kita upayakan pelayanan tetap berjalan. Artinya kalau ada kondisi darurat, silakan ke puskesmas terdekat,” katanya, kemarin.
Untuk rekrutmen relawan tenaga kesehatan, pihaknya membutuhkan sekitar 300 orang yang akan ditempatkan di RSUD Arjawinangun, RSUD Waled, dan rencana penempatan di GOR Watubelah. “Sudah kita ajukan kebutuhan untuk relawan. Mudah-mudahan bisa terealisasi dalam waktu dekat karena lumayan banyak nakes kita yang terpapar,” jelasnya.
Sementara di Kota Cirebon, puskesmas yang lockdown di antaranya Cangkol, Kalijaga, Gunungsari, Majasem, Jagasatru, Kejaksan, dan Kalitanjung. “Kami berupaya melakukan tracing dan testing sesegera mungkin agar puskesmas tak lama tutupnya. Mudah-mudahan bisa buka kembali secepatnya,” ujar Kepala Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan Dinkes Kota Cirebon dr Sri Laelan Erwani, kemarin.
Untuk Puskesmas Majasem, kata Laelan Erwani, masih melayani, tapi tetap dilakukan tracing dan pengantaran obat Covid-19 ke rumah-rumah. Namun ada beberapa layanan seperti poli yang belum dibuka karena kekurangan tenaga.
“Puskesmas Larangan juga sempat lockdown, tapi sudah mulai dibuka kemarin. Yang positif tetap lanjut isolasi mandiri. Lamanya tutup karena mamakan waktu tes 2 hari. Jadi selama pengetesan ditutup dan dilakukan penyemprotan disinfektan. Nanti yang negatif akan diminta kembali bertugas,” kata Laelan.
Hingga saat ini pelayanan puskesmas sangat terganggu karena kerjaannya overload atau menumpuk. Hal itu karena puskesmas harus menjalankan program vaksinasi dari TNI-Polri ataupun dari dinkes, selain itu pelayanan umum juga harus terbuka.
“Mereka kewalahan. Banyak yang kelimpungan karena yang tutup juga dirujuk ke puskesmas lain jadi nambah beban kerjanya. Apalagi mereka harus cari kontak erat dan lakukan tracing kepada para suspek kontak erat dan dilakukan tes PCR dan antigen lagi,” tutur Laelan kepada Radar.