Mengapa Kita di Titik Ini?

0 Komentar

Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia telah meningkatkan angka kematian. Walaupun angka kematian terkait Covid-19 yang sebenarnya diperkirakan jauh lebih banyak. Sebab, data kematian tersebut tidak memasukkan jumlah mereka yang meninggal dengan status probable, atau yang mengalami gejala klinis penyakit infeksius Covid-19.
Kondisi di lapangan semakin buruk. Data yang dikumpulkan LaporCovid-19 dari pemberitaan media massa dan media sosial menyebutkan hingga 4 Juli 2021, 291 orang meninggal saat melakukan isolasi mandiri di rumah. Ini seiring dengan laporan puluhan orang meninggal karena tidak mendapatkan bantuan oksigen di IGD RS Sardjito Jogjakarta.
Hal ini menjadi potret nyata kolapsnya fasilitas kesehatan yang menyebabkan pasien Covid-19 kesulitan mendapat layanan medis yang semestinya. Selain itu, jumlah tenaga kesehatan yang terinfeksi dan meninggal pun semakin banyak. Hingga 5 Juli 2021, Pusara Digital LaporCovid-19 mencatat setidaknya 1.046 tenaga kesehatan yang meninggal karena Covid-19. Di sisi lain, pemerintah tidak kunjung terlihat melakukan peningkatan 3T; testing, tracing, dan treatment secara signifikan.
Ditambah rendahnya transparansi data pandemi, termasuk data jumlah tes PCR per daerah, data ketersediaan rumah sakit yang kerap tidak akurat mengakibatkan warga banyak ditolak dari satu RS ke RS lain. Testing pun masih rendah dan tidak proporsional hingga mengakibatkan lonjakan besar kasus yang mengakibatkan perawatan (treatment) sebagian fasilitas layanan kesehatan yang hampir roboh. Warga yang sakit menjadi sulit mendapat layanan medis, beberapa di antaranya meninggal.
Irma Hidayana, inisiator LaporCovid-19, menyebut bahwa kasus-kasus meninggal semestinya bisa dicegah jika dari awal pemerintah melakukan tahaoan pencegahan dan pengendalian penularan yang lebih kuat. Situasi saat ini merupakan hasil dari ketidakefektifan pencegahan dan pengendalian yang dilakukan selama ini.
“Kita bisa lihat selama setengah tahun masa pandemi justru didominasi oleh pelonggaran sosial, termasuk mendahulukan kepentingan ekonomi di atas kesehatan masyarakat. Pemerintah perlu mengakui bahwa kondisi sudah gawat darurat dan meminta maaf serta menunjukkan empati,” terangnya.
“Berhenti melakukan komunikasi yang mencitrakan bahwa kita sedang baik-baik saja yang justru mengakibatkan rendahnya kewaspadaan masyarakat terhadap masifnya penularan Covid-19,” sambung Irma Hidayana melalui keterangan pers resmi LaporCovid-19 yang diterima Radar Cirebon, kemarin.

0 Komentar