Sebelumnya, keluhan dating dari pengurus RW di Pegambiran, Kota Cirebon. Di sana, pasien isoman juga keluyuran. “Kami juga mau bagaimana? Kas RW dan urunan paling cukup untuk satu sampai dua hari (untuk mencukupi kebutuhan pokok pasien isoman, red). Kita sudah tidak bisa apa-apa. Pasrah saja,” ujar pengurus RW 10 Pegambiran Muhammad Nuril kepada Radar Cirebon, Rabu (7/7).
Alasan pasien isoman, menurut Nuril, sangat mendasar. Ya, untuk mencari nafkah keluarga. Karena tak semua pasien dari keluarga mampu. “Mohon maaf bukan kami mau melanggar aturan. Tapi kudu pribe makani anak karo rabie apa ning umah bae kuh (harus bagaimana ngasih makan anak dan istri kalau di rumah saja, red),” lanjut Nuril, mengulang yang disampaikan salah seorang pasien.
Dikatakan, aktivitas mereka ketika keluyuran macam-macam. Pada intinya untuk mencari nafkah. Seperti nekat berkebun hingga membuka warung dagangan. Di RW 10, kata Nuril, ada lebih dari 30 pasien yang isoman. “Jika terus-terusan seperti ini, bagaimana Covid-19 mau mereda,” sesalnya.
Nuril berharap Pemkot Cirebon turun tangan. Melihat serta memperhatikan kondisi mulai dari tingkat bawah. Apakah tidak ada pengawasan dari unsur puskesmas atau yang lain? “Tidak ada. Paling pengawasan tetangga-tetangga aja,” jawabnya.
“Kalau ada bantuan, misalnya sembako untuk kebutuhan sehari-hari, kami berani tegur dan memperingatkan dengan tegas untuk tidak keluar rumah. Kalau tidak ada, ada benarnya mereka: mau makan apa nanti?,” lanjut Nuril, bingung.
Sementara bantuan dari Pemkot Cirebon tak menyasar orang-orang tersebut dalam kondisi mendesak seperti sekarang. Nuril berharap ada tindakan nyata. Tidak hanya menerapkan PPKM Darurat dan melakukan penyekatan di jalan-jalan.
“Kami RW di Pegambiran sedang mengajukan proposal kepada perusahaan di sekitar. Setidaknya meminta beras untuk kebutuhan pasien-pasien isoman. Kemudian ke kelurahan dan kecamatan juga sudah dibicarakan,” ungkapnya.
Ketua RW 17 Kriyan Barat, Bambang Jumantra, juga ikut mengeluhkan kondisi tersebut. Karena itu dia merasa isoman di rumah tidak efektif. Jika kondisinya berlarut-larut seperti itu –pasien isoman keluyuran. Senada, Bambang juga memahami kondisi dan tak bisa menjawab lugas, ketika alasan pasien isoman keluyuran adalah untuk mencari nafkah keluarga.