Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Jabarprov TV juga menyinggung terkait perubahan nama menjadi PPKM Level 3-4. “Memang dalam rapat bersama pemerintah pusat diputuskan sekarang tidak pakai istilah yang multitafsir, ketat, darurat, super darurat atau apa. Sehingga, akan disepakati akan berdasarkan level kondisi ilmiah. Level 1, 2, 3, 4 atau pakai warna dulu. Masyarakat sebenarnya sudah cape gonta-ganti istilah. Tapi inilah realitanya yang harus terus kita lakukan,” ungkap Kang Emil -sapaan akrab Ridwan Kamil-.
Ia juga menyampaikan bahwa keputusan PPKM Darurat ini dilakukan untuk semua level dari 3 maupun empat. Sehingga, PPKM didasarkan pada level tertinggi yakni Level 4. “Keputusan pemerintah pusat walaupun ada sebagian yang Level 3, sampai hari Minggu semua harus melakukan PPKM Level 4,” ujarnya.
Menurut suami Atalia itu, setelah 25 Juli 2021, kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat akan bersifat proporsional sesuai level kewaspadaan tiap daerah. Emil menyebutkan, ada kemungkinan relaksasi bagi wilayah dengan perkembangan kasus yang menurun. “Setelah itu akan proporsional. Jadi kalau ditanya warga kapan relaksasi, itu akan proporsional. Yang Level 4 diteruskan pasti tidak mudah,” jelas Kang Emil.
Ia juga memaparkan beberapa pencapaian dari Jawa Barat. Di antaranya selama PPKM Darurat puncak keterisian terjadi pada tanggal 4 Juli 2021 yang mencapai 90,69%. Namun, selepas itu, berlangsur menurun, bahkan turun 13% hingga 20 Juli 2021. “Mohon ini diberitakan untuk mengimbangi berita yang cukup menegangkan. BOR ini tidak debatable, karena keluar masuknya pasien diukur dengan sistem yang dipunya,” tandas Kang Emil.
Selain itu, berdasarkan statistik di Jawa Barat terjadi penurunan kasus kematian yang cukup lumayan. Puncak kenaikan tertinggi trjadi pada tanggal 11 Juli 2021. Tapi selepas itu, mengalami penurunan. “Mudah-mudahan pesan-pesan innalillahi di WA semakin turun. Angka ini menunjukkan penguatan oksigen yang kita lakukan untuk RS dan sebagian kita berikan untuk yang isoman itu menurunkan angka kematian,” katanya.
KOTA CIREBON KLAIM KASUS TURUN
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Cirebon dr Edy Sugiarto MKes mengungkapkan bahwa memang terjadi penambahan kasus harian yang tinggi di Kota Cirebon. Namun, hal iru dikarenakan lockdown-nya beberapa puskesmas. Sehingga, proses update data menjadi terhambat. “Akibatnya menumpuk jadi satu di satu hari semua karena laporan tracingnnya terhambat,” ujar Edy.