Sebelumnya, para pelaku usaha jasa konstruksi (jakon) di Kota Cirebon mengeluh tidak ada pemasukan sama sekali untuk menafkahi keluarga. Kegiatan infrastruktur yang dipertahankan dan lolos dari refocusing gagal mereka dapatkan karena diduga dikuasai beberapa gelintir orang di pusaran kekuasaan.
Seperti disampaikan Nano. Salah satu kontraktor di Kota Cirebon itu mengatakan sejak tahun 2020 pengusaha jasa konstruksi harus gigit jari karena pandemi. Dan tahun ini lebih menyakitkan lagi. Proyek yang ada, meskipun dari segi nilai terbilang kecil, banyak dimenangkan oleh perusahaan dari luar Kota Cirebon. “Yang di Kota Cirebon kesulitan. Tahun ini proyek kena semua oleh pemborong dari luar kota,” ungkap Nano kepada wartawan, Selasa (3/8).
Dicontohkan Nano, tahun ini ada 45 paket pekerjaan perbaikan sarana prasarana sekolah di lingkungan dinas pendidikan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Namun proses lelang terkesan menyulitkan untuk kontraktor lokal. Sehingga, katanya, pemenang dari 45 paket pekerjaan tersebut didominasi oleh kontraktor luar.
“Aturan lelang menyulitkan. Padahal Keppres sendiri bunyinya harus permudah para kontraktor setempat. Contoh ada salah satu persyaratan yang memberatkan, dalam rekening koran perusahaan harus ada 20 persen dari nilai kontrak, itu tentu sangat menyulitkan kita,” jelas Nano.
“Kami menduga ada oknum luar Kota Cirebon yang menggiring pemborong luar untuk dapat proyek di Kota Cirebon. Diduga kuat ada kedekatan dengan oknum kekuasaan eksekutif yang melakukan intervensi. Kami juga khawatir kasus di disdik ini juga terjadi di paket-paket pekerjaan lain. Masa sampai paket bernilai kecil juga yang dapat kontraktor luar,” ketus Nano. (jerrell)