Usia Siti Koerasin sudah tidak lagi muda. Namun, ingatan pejuang veteran usia 90 tahun itu masih melekat di kepala. Khususnya peristiwa bersejarah 76 tahun lalu, saat NKRI merebut kemerdekaan dari penjajah.ADE GUSTIANA, CirebonPADA masa penjajahan Belanda, perempuan asal Cangkring Tengah tersebut pernah mengenyam pendidikan pada umumnya. Berkat itu, Koerasin fasih berbahasa Belanda. Kelebihan itu dimanfaatkan untuk membantu penjuang lain merebut kemerdekaan Indonesia. Berbagai cara ditempuh demi satu kata: merdeka. Sampai akhirnya usaha itu berbuah manis. Dan bisa dirasakan masyarakat Indonesia sampai detik sekarang.
Karena rasa syukur, bangga sekaligus terima kasih itu juga, Senin (16/8), Wakil Walikota Cirebon Dra Hj Eti Herawati berkunjung ke rumah Koerasin. Dia didampingi Lurah Kejaksan Catur Wulan Anggraeni. Eti tak kuasa menahan haru mendengar cerita Siti Koerasin. “Sungguh perjuangan merebut kemerdekaan tidaklah mudah,” kata Eti.
Eti meminta generasi muda untuk menghargai pejuang. Agar mereka memiliki semangat juang yang sama dengan pejuang-pejuang kemerdekaan. Semangat juang itu bisa ditunjukan melalui beragam kegiatan positif. Baik untuk lingkungan sekitar atau orang lain. Dan bermanfaat bagi bangsa Indonesia pada umumnya.
Menyambut peringatan hari merdeka di tahun ini, juga sedikit berbeda. Jika biasanya pemkot mengadakan pertemuan dengan veteran, tahun ini tak bisa terlaksana. Karena masih dalam situasi Covid-19. Apalagi Kota Cirebon masih menerapkan PPKM Level 4. Kegiatan yang tak tertunaikan itu diganti dengan mengunjungi rumah-rumah veteran di Kota Cirebon. Bingkisan kenang-kenangan juga diberikan untuk mereka.
Di sisi lain, pada tanggal 15 Agustus 1945, konon, Proklamasi Kemerdekaan sudah dibacakan terlebih dahulu di Cirebon. Ada peran Sutan Syahrir di sana. Bung Kecil pun berperan atas peristiwa yang belum tercatat dalam sejarah nasional tersebut.
Tugu Proklamasi atau Tugu Kedjaksan berada di persimpangan Jl Siliwangi dan Jl Kartini Kota Cirebon, menjadi saksi peristiwa tersebut. Tugu yang dikenal dengan Tugu Pensil itu dibangun pada tanggal 17 Agustus 1946, setahun setelah Indonesia merdeka, untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut.
Adalah Bung Sjahrir (Sutan Syahrir), seorang tokoh pejuang bawah tanah yang selalu memantau setiap pergerakan situasi peperangan tentara Jepang melalui siaran radio. Saat itu, menjelang berakhirnya Perang Dunia II, Jepang semakin terdesak. mereka mengalami kekalahan demi kekalahan di pos pertempuran di Pasifik dan Asia Tenggara. Puncaknya, saat tentara Sekutu menjatuhkan Bom Atom di Kota Hiroshima dan Nagasaki. Jepang Luluh lantak.