Apa yang salah selama PTM berjalan. Intinya, jalani saja dulu. Gampang dievaluasi. “Namun harus dengan persiapan yang sangat matang. Harus diperhatikan betul apa saja yang menjadi standar dan kebutuhan. Jangan trial and error (mencoba dan gagal secara berulang, red),” tukasnya.
Jika ada masyarakat atau pelajar yang “cemburu” akan mal yang telah diizinkan buka, kata Hediyana, merupakan hal yang wajar untuk dibandingkan. Hanya pengunjung yang sudah vaksin yang boleh masuk, sambungnya, bukan suatu hal yang keliru untuk diterapkan juga di sekolah.
“Saya cenderung berpendapat, PTM dibuka untuk SMP dan SMA. Karena mereka usia 12-17 tahun dan sudah bisa divaksin,” jelasnya. Terkait PTM yang terus diulur-ulur, DP mempertanyakan keseriusan pemerintah memperjuangan pendidikan. “Artinya, pemerintah serius tidak menangani itu?,” ucap Hediyana.
Hediyana menyampaikan, belajar siswa harus memenuhi tiga komponen utama. Tak boleh ada yang terlewat. Adalah kognitif atau ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) dan afektif ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Terakhir adalah psikomotorik atau keterampilan juga kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hediyana merasakan betul pandemi corona membuat sektor pendidikan sangat terpuruk. Jika PJJ berkelanjutan, tiga komponen utama dalam belajar tadi tak bisa terpenuhi. “Kalau setiap hari anak dihadapkan dengan televisi atau handphone, hanya unsur kognitif saja yang terpenuhi,” ungkapnya.
Hediyana optimis pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan. Asalkan pemerintah daerah mau sungguh-sungguh. Serius membuat aturan. Juga melakukan pengawasan di lapangan. “Jangan hanya SOP melakukan pembelajaran dari rumah. Tapi juga dibuat SOP belajar tatap muka,” sarannya.
Di samping itu kebutuhan gizi juga harus dijamin. Karenanya membutuhkan keterlibatan sejumlah dinas pendukung. Seperti Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan. Juga Dinas Koperasi dan UMKM. Untuk apa? Untuk men-supply kebutuhan gizi para siswa. “Sebelum belajar di kelas, siswa diberikan makanan bergizi. Karena tidak semua siswa sebelum sekolah itu sarapan,” bebernya.
Makanan bergizi itu misalnya susu. Telur, atau bahkan bubur kacang hijau. Diberikan sekolah untuk memastikan seluruh siswa memperoleh itu. Melalui hal tersebut juga dipastikan imunitas tubuh dapat meningkat. Sehingga meminimalisasi risiko terpapar virus. Tak hanya corona. Tapi juga penyakit-penyakit lainnya.