Airnya Tak Pernah Surut, Dipercaya Sembuhkan Penyakit dan Percepat Balita Belajar Jalan

Airnya Tak Pernah Surut, Dipercaya Sembuhkan Penyakit dan Percepat Balita Belajar Jalan
0 Komentar

Ya, banyak masjid di Cirebon yang sarat akan kepercayaan warga. Di Kota Cirebon, misalnya, ada Masjid Jagabayan. Sumur di masjid itu juga konon tak pernah surut. Sekalipun saat musim kemarau berkepanjangan.
Dan hingga kini sumur tersebut masih aktif. Bisa digunakan. Seutas tali timba dari karet dikaitkan dengan ember untuk memudahkan mengambil air dari sumur tersebut. “Kalau zaman dulu, kan sumur untuk wudhu,” jelas Mochamad Faozan, kuncen generasi ke-11 masjid yang berlokasi di Jalan Karanggetas, Kota Cirebon, tersebut.
Letak Masjid Jagabayan dihimpit pertokoan. Serta gemerlap pusat kota di antara jantung ekonomi Kota Cirebon. Tapi masjid ini jadi tujuan pendatang dari berbagai penjuru negeri. Ratusan hingga seribuan orang, bisa hilir-mudik antre. Mereka datang sekadar untuk memanjatkan doa. “Dulu bangunan masjid berbentuk kotak. Tidak ada ruang yang menonjol untuk imam seperti sekarang,” tutur Faozan.
Konon dulunya masjid ini pos penjagaan. Tempat pemeriksaan sebelum menuju Keraton Cirebon. Ya, dulu hanya ada satu keraton di Kota Wali ini. Di pos itu, para wali kerap sekadar singgah. Berkumpul. Saat masuk waktu salat, ditunaikan di tempat.
Akhirnya pada tahun 1437, salah satu Patih Prabu Siliwangi, Tumenggung Nalarasa, menjadikan pos penjagaan itu sebagai masjid. Sampai sekarang telah berusia 584 tahun.  Lebih dari setengah abad, sekurang-kurangnya telah dilakukan tiga kali perombakan. Tapi tak banyak merubah bentuk asli. Kecuali penambahan ruang khusus untuk imam tadi.
Bangunan masjid yang ditopang atap dari kayu itu, memang sudah setengah modern. Lantai hingga setengah dindingnya sudah keramik. Didominasi cat warna merah. Pun di tempat wudhu, sudah menggunakan mesin pompa air. Jemaah tinggal membuka keran untuk air bisa mengucur.
Ada juga sumur yang dikeramatkan. Bahkan airnya tak pernah surut. Sekalipun saat musim kemarau berkepanjangan. Dan hingga kini sumur tersebut masih aktif. Bisa digunakan. Seutas tali timba dari karet dikaitkan dengan ember. Untuk memudahkan mengambil air dari sumur tersebut. “Kalau zaman dulu kan sumur untuk wudhu,” pungkas Faozan. (*)
 

Laman:

1 2
0 Komentar