Berlaku saat Apel Pagi hingga Dipantau di Grup WhatsApp

Berlaku saat Apel Pagi hingga Dipantau di Grup WhatsApp
0 Komentar

Minimal satu hari dalam sepekan. Dipilih hari Selasa: wajib mengenakan kostum nuansa Cirebon. Serta berbahasa Cirebon. Berlaku minimal di lingkungan dinas. Diawali dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon.
ADE GUSTIANA, Cirebon
BERBAHASA Cirebon itu selaras dengan kostum yang dipakai. Ketika berinteraksi dengan sesama pegawai. Termasuk saat melakukan percakapan di Grup WhatsApp. Juga dipraktikkan saat apel pagi.
“Bagi yang belum bisa, pelan-pelan belajar dan bisa dicampur dengan bahasa keseharian,” tutur Kepala Disbudpar Kota Cirebon Drs Agus Sukmanjaya SSos kemarin.
Telah berlaku lebih dulu di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon selaku inisiator. Sejak awal September kemarin. Program ini disebut Selasa Nyerbon.
Eks Kadisnaker Kota Cirebon itu menjelaskan langkah tersebut merupakan salah satu strategi melestarikan budaya. Dalam waktu dekat Disbudpar segera mengusulkan serta berkoordinasi dengan walikota. Seputar pemberlakuan busana dan penggunaan bahasa Cirebon. Terutama hasil uji coba di Disbudpar yang telah berjalan.
Bekas Sekretaris DPRD Kota Cirebon itu menyerahkan aturan pengikat terkait kebijakan yang diusulkan kepada kepala daerah. Seperti arah kebijakan yang akan dituangkan dalam Surat Keputusan atau Peraturan Walikota (Perwali). “Semua diserahkan kepada pimpinan. Termasuk apabila harus mengubah hari,” tuturnya kepada Radar.
Namun lebih jauh Agus berharap itu berlaku di semua SKPD di Kota Cirebon. Bahkan tak hanya di lingkup pemerintah saja. Tapi, imbuh Agus, bisa diterapkan di lingkungan pendidikan. Hingga swasta seperti mal, perbankan, hotel dan ruang publik lainnya.
“Melalui hal kecil ini, kita berharap masyarakat Cirebon bisa lebih mencintai budaya dan bahasa Cirebon serta bisa lestari hingga generasi mendatang,” harap Agus Sukmanjaya.
Ia berkeyakinan efek kebijakan tersebut bukan saja sebatas pelestarian budaya dan bahasa Cirebon. Lebih dari itu, diproyeksikan mendongkrak ekonomi kreatif di Kota Udang. Yang berimbas pada gairah UMKM. Baik penjualan kostum, celana, batik, hingga sandal dan aksesoris lainnya.
Menjadi penting selanjutnya, Agus bilang, hal itu selaras dengan pencapaian visi misi kepala daerah: kota kreatif berbasis budaya dan sejarah. “Pasti banyak yang akan memesan dan mengoleksi aksesoris khas Cirebon” terang Agus.

0 Komentar