Suara Suporter: Semua Jajaran PSSI Harus Mundur

Suara Suporter: Semua Jajaran PSSI Harus Mundur
0 Komentar

Ia menambahkan, yang telah dilakukan Persabaya, misalnya, bisa jadi rujukan untuk klub lain. Contohnya, skrining suporter yang masuk lapangan yaitu mereka yang memiliki tiket. Itu harus dipastikan sungguh-sungguh. Serta menerapkan 3 ring pengamanan di stadion.
Sejauh ini, jelas Miftahkul, fokus koordinasi Panpel dengan aparat keamanan hanya berjalan di ring 1. Sedangkan ring 2 dan ring 3, suporter yang tak memiliki tiket tak tersaring. Berhasil lolos dari pengamanan. Ini, imbuhnya, menjadi tolok ukur perbaikan untuk Panpel.
Sering menjadi pemacu keributan antar suporter, Miftahkul menambahkan, mereka yang dibiarkan masuk stadion meski dalam pengaruh alkohol. Karena alkohol pendukung satu tim berkelahi.
“Sejak awal harusnya sudah ada sekat, yang beralkohol tidak boleh masuk. Kemudian yang di Kanjuruhan, sudah jelas-jelas tidak boleh bawa senjata, tapi lolos masuk,” sesalnya.
Penulis Buku Mencitai Sepak Bola Indonesia Meski Kusut itu juga menyoroti soal pengamanan. Ia menyebut, pihak keamanan di stadion tak pernah ada yang fokus menghadap ke tribun untuk memperhatikan gerak-gerik suporter. Yang ada ikut menikmati jalannya pertandingan. Bahkan seringkali kecolongan ketika ada suporter yang turun dari tribun menuju lapangan. Baru diketahui ketika sudah lolos.
Padahal, lanjutnya, semua tahu biaya pengamanan tak ada yang murah. Keamanan menjadi salah satu pengeluaran terbesar sebuah pertandingan. “Kalau Persebaya bisa di atas Rp500 juta, bigmatch mungkin di atas Rp1 miliar. Kalau sudah sebesar itu pengamanan tidak maksimal kan konyol,” cetusnya.
Miftahkul menyebut yang paling banyak jadi korban di sepak bola Indonesia adalah suporter. Teman-teman suporter, yang ia lihat hanya mengejar identitas. Saling memprovokasi dan terprovokasi. Stadion menjadi sesak karena eksistensi dari semua itu. (ade)

0 Komentar