Namun kondisi makam tidak terurus. Banyak makam yang hilang, dijadikan bangunan rumah oleh warga. Tadinya 38 makam. Sementara, makam lainnya sudah tergerus dengan padatnya permukiman penduduk yang ada di sekitar lokasi Makam Nyi Gede Lara Panas tersebut. Tentunya, butuh kepedulian dari semua pihak untuk sama-sama melestarikan makam yang bersejarah tersebut.
Diketahui, Makam Nyi Gede Lara Panas berada di kompleks pemakaman tersebut. Nyi Gede Lara Panas sendiri merupakan istri dari Ki Jaka Tawa yang kini kompleks pemakamannya dipercaya berada di Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, dan sudah tertata rapi.
Dalam keterangannya kepada Radar Cirebon, Ketua RT 02, RW 02 Pamujudan, Abdul Rozak mengatakan, dahulu di lokasi tersebut setidaknya terdapat 38 makam yang terpisah menjadi tiga tempat di sekitar RT-nya. Namun entah mengapa, kini hanya tersisa 22 makam yang tersebar hanya di satu lokasi. Sedangkan sisanya sudah rata dengan bangunan.
Baca Juga:Walikota Cirebon Nashrudin Azis Datang ke DPC PDIP, Diteriaki BeginiFahri Siregar Dapat Sebutan Bapak Pembangunan, Sukses Tuntaskan Tugas di Polres Cirebon Kota
“Kalau informasi yang saya dapat dari kuncen itu, dulu ada 38 makam di sini. Yang dekat Nyi Gede Lara Panas ada 32. Sisanya di tempat lain ada 3, dan 3 lagi. Sekarang sisa hanya 22 di sini. Memang lainnya sudah rata tanah,” ujar Abdul Rozak kepada Radar Cirebon, Rabu (11/1).
Menurut Abdul Rozak, hilangnya makam di lokasi tersebut, disebabkan kurangnya kontrol dari pihak-pihak terkait dan juga Keraton Kanoman. Sehingga, mengakibatkan warga berusaha meratakan makam tersebut untuk dijadikan rumah. Apalagi, terdapat warga yang tidak memiliki rumah di sekitar pemakaman.
“Hilangnya itu biasanya karena warga nggak punya rumah. Terus tidak terkontrol sama pihak keraton. Jadi perlahan, kecil-kecil dulu dibuat rumah, lama-lama makin besar dan nggak terkontrol,” ungkapnya.
Padahal, masih ada saja pendatang yang sengaja datang dan mampir ke lokasi tersebut. Apalagi, banyak yang datang karena ingin nyekar/berziarah kepada beberapa leluhur yang ada di situ. “Kalau yang datang ada saja di malam Jumat. Kalau dari pendatang yang jauh-jauh, kadang sesekali ada kunjungan,” lanjutnya.