Uwa Nauval yang membantu itu Muhammad Tajudin. Tajudin juga merupakan pelatih silat Perguruan Pagar Nusa. Rumah Nauval dan Tajudin dipisahkan jalan. Dan halaman yang cukup luas. Sepelemparan batu saja. Di halaman cukup luas itu tempat murid-murid Tajudin berlatih.
Mereka kebanyakan anak usia sekolah menengah pertama (SMP). Murid-murid itu juga jadi sasaran Nauval untuk “digairahkan” minat bacanya. Nauval juga tertarik memanfaatkan halaman yang luas sebagai tempat lesehan membaca buku, nantinya.
“Uwa saya yang juga guru silat ini mendukung program saya sebagai duta baca,” terangnya. “Bumi Alit Terasi juga dikerjakan bersama,” imbuh Nauval.
Baca Juga:Guru Besar IAIN Cirebon: KY Harus Periksa Hakim PN JakpusTanah Longsor Ancam Bangunan TK di Kaliwedi Cirebon
Tapi, pandangan secara subjektif disampaikan Dede, paman Nauval. Dede merasa perpustakaan mini itu sudah kuno. Sekarang zaman orang menunduk untuk lihat HP.
“Val buat apa buat kaya gini (perpus mini, red). Zaman sekarang pada pakai HP semua. Pakai internet, lihat Google,” kata Dede kepada ponakannya itu.
Dede pesimistis. Memangnya, apa yang masih bisa diminati dari perpustakaan. Apalagi di daerah jauh dari kota. Pantai yang indah, memang tak elok jika tanpa ada kerikil dan pasir. (*)