Ia membeberkan, kriteria hilal yang diadopsi adalah kriteria berdasarkan pada dalil hukum agama tentang awal bulan dan hasil kajian astronomis yang sahih.
Kriteria juga harus mengupayakan titik temu pengamal rukyat dan pengamal hisab, untuk menjadi kesepakatan bersama. Termasuk kriteria oleh Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Thomas Djamaluddin lantas menyebutkan bahwa terjadi kesamaan awal Ramadhan 2023. Sementara terkait Idul Fitri, Thomas Djamaluddin mengatakan adanya potensi perbedaan.
Baca Juga:PENTING! Pemudik Diminta Selalu Update Jam Rekayasa Lalu Lintas, Ini Jadwal Contra Flow dan One WaySEBELUM LEBARAN! Info Proses Seleksi PPPK Guru 2022, Ini Jadwal Pengisian DRH NI PPPK dan Pengusulan NIP
Hal ini (potensi perbedaan tanggal Idul Fitri 2023) terjadi karena pada saat maghrib 20 April 2023, ada potensi di Indonesia posisi bulan belum memenuhi kriteria baru MABIMS, yaitu tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat [3-6,4] (wilayah arsir hijau pada gambar atas).
Legowo, Hargai Perbedaan Pada Idul Fitri 2023
Pemerintah melalui Kemenag meminta masyarakat menghargai perbedaan jika nanti terjadi perbedaan hari lebaran 2023.
Pemerintah sendiri akan menetapkan 1 syawal 1444 Hijriah setelah menggelar sidang isbat pada hari Kamis 20 April 2023.
Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin dalam keterangannya pada Kamis 6 April 2023 mengatakan sidang isbat untuk menetapkan tanggal Idul Fitri 2023 digelar pada 20 April 2023.
Terkait kemungkinan terjadi perbedaan tanggal Idul Fitri 2023, yakni antara yang telah ditetapkan Muhammadiyah dengan keputusan atau ketetapan pemerintah, Kamaruddin Amin menegaskan itu bukan persoalan.
Jika pemerintah menetapkan lebaran jatuh pada Sabtu 22 April 2023, maka puasa Ramadhan akan digenapkan menjadi 30 hari.
Pihaknya mengajak umat muslim Indonesia untuk saling menghargai perbedaan, termasuk potensi lebaran 2023 beda hari. (*)