Tapi, itu saja ternyata tak cukup. Mukidi menceritakan, masyarakat juga lebih tertarik ke MI karena pihak MI menyediakan seragam dan sejumlah uang tunai.
“Jadi memang MI itu menawarkan masyarakat agar anaknya sekolah di MI. siswa diberikan seragam sekolah dan uang sekitar 100 ribu. Di samping itu juga bagi warga yang membawa tetangganya sekolah di MI akan dapat bonus,” ungkapnya.
Selain itu, sambung Mukidi, tidak jarang guru MI juga memberikan les tambahan dengan gratis.
Baca Juga:Tak Yakin BIJB Kertajati Langsung Ramai, Pemkab Majalengka dan Sekitarnya Diminta Rajin PromosiLaunching BRT Koridor 2 di Kota Cirebon Penuh dengan Ibu-ibu dan Anak-anak, Pengamat: Harusnya 3 Bulan Gratis
“Di MI juga sama seperti di SD. Sama-sama SPP gratis, tapi di MI gurunya menyediakan les tanpa ada biaya atau gratis,” tuturnya.
Dengan minimnya siswa, Mukidi mengatakan sedikit berpengaruh pada siswa. “Terkadang membuat siswa agak malas untuk belajar. Jadi berimbas ke siswa jadi malas belajar,” katanya.
“Seperti kelas tiga itu tadinya cuma satu siswa, akhirnya memutuskan pindah sekolah. Akhirnya kelas tiga tidak ada siswanya,” ujarnya.
“Namun untuk kelas lain, kita guru selalu memberikan motivasi dan juga memberikan terobosan. Kita juga pertahankan kualitas pendidikan. Kita ingin siswa kita punya kualitas walaupun secara kuantitas (jumlah, red) kurang,” jelas Mukidi.
Masih kata Mukidi, karena siswa yang minim membuat pihaknya kesulitan melakukan upacara bendera setiap Senin.
“Upacara tetap dilaksanakan, tetapi tidak ada petugas pengibar bendera. Artinya bendera sudah kita naikkan terlebih dahulu, namun untuk petugas upacara dan lainnya gak ada karena memang kekurangan siswa,” tandas Mukidi, Plt Kepala SDN Mulyasari. (den)