RADARCIREBON.ID – Dulu kawan, sekarang lawan. Itulah untuk menggambarkan hubungan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Elon Musk.
Yang terbaru, Trump dan pendukungnya mengancam Elon Musk. Presiden negara adidaya tersebut ingin mendeportasi bos mobil listrik Tesla itu.
Perseteruan dua orang yang dulunya sahabat akrab tersebut, dijelaskan dengan sangat gamblang oleh penggiat media sosial dengan akun bernama Ben atau @Ben3atha.
Baca Juga:Via Sukahaji, Jalur Favorit Menuju Maja pada Zaman Belanda, Mengapa Tidak Lewat Majalengka?Setelah Pindah dari Maja, Mengapa Menjadi Kabupaten Majalengka, Bukan Sindangkasih?
Dalam unggahan di media sosil “X”, akun tersebut diberi judul yang sangat bagus: “Perseteruan Trump dan Elon Musk” dalam variasi huruf kapital.
Dalam unggahan tersebut dimulai dengan kalimat yang menarik: Dari kawan jadi lawan. Menurut unggahan itu, perseteruan Trump dan Elon Musk makin panas. Keduanya terus saling serang melalui tweet.
Awal mula perseteruan ini pecah setelah lama mereka kompak secara politik dan finansial. Perseteruan itu dipicu oleh sebuah RUU yang disebut sebagai “Big Beautiful Bill”.
RUU itu pemotongan insentif untuk mobil listrik dan peningkatan anggaran militer. Elon Musk sangat menantang UUD ini. Ada beberapa pemicu konflik keduanya, yakni:
1. Keuangan Negara
Elon Musk menolak defisit AS lebih dari 2 triliun USD plus utang negara naik hingga 5 triliun USD. Dia memperingatkan risiko kebangkrutan Amerika.
Sementara para pendukung RUU menganggap, utang negara itu sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi lewat pemotongan pajak.
2. Insentif Mobil Listrik
Elon menolak pencabutan insentif mobil listrik karena itu penting buat Tesla. Sementara pendukung RUU fokus pada kepentingan ekonomi yang lebih luas.
3. Politik
Baca Juga:Peta Karisidenan Cirebon 1857, Palimanan Masuk Majalengka, Jatitujuh Bagian dari IndramayuKOM Edan Eling 2025
Penolakan Elon bikin perpecahan di dalam Partai Republik. Terutama antar para mendukung Musk dan para petinggi partai yang menginginkan RUU ini disahkan.
4. Anggaran Keamanan Perbatasan
Musk mengkritik pengeluaran 46,5 miliar USD untuk perbatasan. Sementara pendukung RUU menganggapnya penting buat keamanan nasional.
Pada 22 Mei 2025, RUU ini disahkan meski ditentang Elon Musk. Dia menyebutnya sebagai “pengeluaran menjijikkan” dan “perbudakan utang”. Elon memperingatkan defisit federal akan naik 2,5 triliun USD.
Kemudian pada 28 Mei 2025, Musk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala Departemen Kinerja Pemerintah (DOGE), setelah 130 hari kerja. Elon sangat kecewa. Trump memberinya hadiah kunci pintu keluar sebagai simbol perpisahan.