RADARCIREBON.ID- Penutupan Galian C Argasunya ternyata berbarengan dengan penerimaan siswa baru 2025. Warga yang sehari-hari menggantungkan pendapatan dari aktivitas penambangan, mengaku kelimpungan. Tak ada pekerjaan. Sulit cari kerja baru. Padahal saat ini butuh biaya untuk sekolah anak. Senin (23/6/2025), mereka mendatangi Kantor Kelurahan Argasunya. Meminta Galian C dibuka kembali.
Ya, mereka meminta Pemkot Cirebon melalui Kelurahan Argasunya, membuka lagi aktivitas Galian C. Warga mengaku penambangan itu menghidupi ratusan orang di sana selama bertahun-tahun.
“Jadi kami mohon aktivitas galian dibuka kembali karena ekonomi kami sekarang sedang susah, lebih sulit. Apalagi sudah hampir seminggu. Ini sangat terasa, luar biasa (sulit, red),” terang Suhedi, salah satu perwakilan penambang Galian C.
Baca Juga:Warga Cirebon Cari Keadilan: Diusir dari Rumah Sendiri, Kirim Surat ke Presiden PrabowoPengusaha Tambang di Cirebon Bantah Ilegal, Sebut Forkopimda Terlalu Terburu-buru
Apalagi, kata Suhedi, saat ini anak-anak ingin masuk sekolah dan butuh biaya untuk membeli beragam kebutuhan anak sekolah. Belum lagi kebutuhan makan sehari-hari di rumah. “Walaupun dari SD sampai SMP masuk itu gratis, tapi tetap saja ada yang dibeli. Belum lagi uang jajan anak atau uang saku. Kalau tidak ada uang saku, anak kami tidak mau berangkat. Jadi kami sangat membutuhkan sekali,” tuturnya.
Menurut Suhedi, solusi untuk pekerjaan lain selain tambang, tidaklah mudah. Apalagi rata-rata hanya tamatan SD. “Kami, SDM ini tidak punya, pendidikan apapun tidak punya. Teman kami yang tamat SD pun jarang sekali. Jadi memang susah. Tolong buka kembali saja agar kami bisa bekerja untuk anak-anak kami. Agar anak-anak bisa sekolah dan tidak seperti kami,” terangnya.
Suhedi juga mengaku sudah 35 tahun lamanya bekerja muat tambang. Galian C Argasunya sudah menjadi mata pencaharian sejak dulu dan tidak menggunakan alat berat. Hanya manual dengan menggunakan cangkul. Metode pengambilannya, kata Suhedi, dari tanah yang datar yang posisinya memang berada dekat dengan bawah tebing.
“Dan yang punya tanah bukan satu orang, tapi banyak. Kita ngambil tanah yang agak tinggi, yang rencananya itu mau diratain. Tanah punya sendiri. Itu pun hanya tanah urug. Kalau pasir itu dari luar kota. Jadi Kami harap agar aktivitas kembali Pak, agar bisa nafkahi keluarga,” tandasnya.