RADARCIREBON.ID – Ada laporan yang menarik dari Soheila Zarfam, jurnalis dari surat kabar Tehran Times. Dia melukiskan situasi Kota Teheran, sehari setelah gencatan senjata disepakati oleh Iran dan Israel.
Laporan dari lapangan itu dia beri judul: “Satu Bangsa, Satu Hati”. Tulisan itu seolah menegaskan bahwa agresi Israel tersebut justru menyatukan bangsa Iran.
“Bagaimana agresi Israel menyatukan warga Iran lebih dari sebelumnya?” Begitu kalimat pembuka dalam laporan yang ditulis oleh Soheila Zarfam itu.
Baca Juga:Tutup Selat Hormuz, Picu Perang Dunia ke-3, Indonesia Sangat Terganggu Amerika Serikat Terkecoh, Misi Gagal, Uranium Iran Sudah Dipindah Sebelum Diserang
Dalam laporan itu disebutkan, Rabu, 25 Juni 2025 adalah hari yang aneh di Teheran, sehari setelah perang antara Iran dan Israel dihentikan. Lebih banyak orang keluar rumah untuk bekerja. Berbeda bila dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.
Banyak pula yang mendatangi pemakaman Behesht-e-Zahra, di selatan Teheran. Pemakaman ini yang paling ramai. Sudah ada sejak lama.
Di pemakaman itu tampak sedang ada beberapa prosesi penguburan jenazah. Tampak ada mayat anak muda, orang tua, laki-laki, dan perempuan.
Mayat-mayat itu terbungkus kain kafan warna putih, yang biasa digunakan umat Islam untuk membalut jenazah.
Suasana di makam itu sungguh mengharukan. Ada banyak orang yang menangis. Walau ada beberapa yang tampak tabah, meskipun kesedihan terlihat dari raut wajah mereka.
Jurnalis ini berbicara dengan salah seorang yang berkabung. Dia seorang wanita yang mengubur saudaranya. Wanita itu mengenakan cadar khas Iran, warna hitam.
Di sampingnya ada banyak orang yang tidak terlihat wajah mereka. Tampak mengenakan pakaian dan jilbab yang sangat longgar.
Baca Juga:Israel Salah Perhitungan, Tak Bisa Deteksi Persenjataan Iran, Politik Global pun BergeserInilah 9 Hewan yang Sudah Punah, Harimau Bali Termasuk Salah Satunya
“Saya kehilangan adik saya selama serangan Israel. Dia adalah seorang tentara,” jelas wanita itu.
Zahra, nama wanita itu. Dia berasal dari keluarga yang telah mengorbankan banyak anggotanya untuk negeri Iran.
“Dua paman saya meninggal selama perang Iran-Irak. Ayahku juga seorang tentara saat perang itu,” ungkap Zahra.
“Kami terbiasa mendengar dan berbicara tentang korban meninggal akibat perang. Tapi kami tidak pernah berpikir akan kehilangan saudara laki-laki saya berusia 23 tahun dengan cara yang sama,” lanjut Zahra.
Ada prempuan yang berdiri di samping Zahra. Perempuan itu bukan sudaranya. Dia datang untuk mengucapkan belasungkawa dan memberikan doa.