Hanya Dalam 43 Detik, Little Boy Itu Lenyapkan Kota Hiroshima

little boy hiroshima
Replikasi Little Boy, bom atom yang menghancurkan Kota Hiroshima. Foto: National Museum United States of Amerika Air Force - RADARCIREBON.ID
0 Komentar

Ada yang hidup, tapi hancur. Lebih dari 70.000 orang terluka parah. Banyak yang akhirnya meninggal beberapa hari atau minggu kemudian. Ada pula yang selamat, tapi hidup dalam kondisi cacat dan kesakitan seumur hidup.

Radiasi menyebabkan puluhan ribu orang terbunuh perlahan. Tahun 1945–1950, setidaknya 60.000 orang tambahan meninggal karena kanker, kerusakan organ, dan gagal sumsum tulang.

Leukemia mulai muncul 2 tahun kemudian. Terutama pada anak-anak. Banyak dari mereka yang lahir cacat.

Baca Juga:7 Tokoh Revolusi Iran Ini Bernasib Tragis, Hanya Tersisa Ayatulloh KhomeiniMiliter China Kembangkan Drone Sebesar Nyamuk, Tak Terdeteksi Radar Konvensional

Jumlah korban terus bertambah. Tahun 1950, total korban jiwa akibat bom mencapai 140.000 orang. Tahun 2020, angka kumulatif korban meninggallangsung atau tidak langsung tembus 300.000 jiwa.

Banyak keluhan dari para penyintas dan saksi hidup. Penyintas dijuluki “Hibakusha”. Mereka bercerita: “Orang-orang berjalan dengan kulit tergantung dari tubuhnya”.

“Semua berteriak minta air. Tapi airnya sudah terkontaminasi radiasi. Siapa yang minum, meninggal dalam beberapa jam,” cerita mereka.

Setelah bom, mereka yang selamat tak hanya menanggung luka fisik. Mereka dikucilkan. Sulit menikah. Ditolak kerja. Dicap pembawa kutukan dan gen cacat. Luka itu masih hidup, hingga hari ini.

Mengapa Amerika menjatuhkan bom neraka itu?Secara resmi, untuk memaksa Jepang menyerah secepat mungkin. Secara politik, untuk menunjukkan kekuatan pada Uni Soviet.

Tiga hari kemudian, bom kedua dijatuhkan ke Nagasaki. Itu artinya, Hiroshima bukan hanya kota yang dibom. Ia juga pengingat bahwa manusia bisa menciptakan senjata yang menghapus hidup dalam sekejap.

Setiap 6 Agustus, lonceng perdamaian dibunyikan di Hiroshima. Untuk mengingatkan dunia, jangan pernah mengulangi mimpi buruk nuklir ini.

Baca Juga:Prahara Gedung Sate, 2 Orang Dekat KDM Berseteru, Wagub: Sudah di Luar BatasBahaya Tiang Pancang Tak Menancap ke Bumi, Kasus Gedung Setda Kota Cirebon Bikin Was-was

Namun sayangnya dunia memang mudah lupa. Lupa akan apa yang terjadi di Palestina sepanjang abad ini. Lupa bahwa ada tragedi yang skalanya jauh lebih besar, dan berlangsung lebih lama, dari Hiroshima dan Nagasaki.

Pemusnahan, pengusiran, penjajahan, dan genosida yang terus berlangsung hingga hari ini, di depan mata dunia yang memilih diam.

Sejarah tidak boleh hanya menjadi arsip yang membeku. Sejarah harus menjadi cermin. Apakah benar-benar belajar dari masa lalu? Atau, hanya memilih siapa yang boleh dikenang, dan siapa yang boleh dihapus?

0 Komentar