Menyoal Rumah Netanyahu, Diambil Paksa Negara dari Seorang Dokter Palestina

rumah benjamin netanyahu
Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel. Foto: B. netanyahu
0 Komentar

Mereka hidup dari hasil pengusiran. Sejarah ditulis ulang seakan-akan tanah ini memang kosong, memang tak ada yang punya dan memang tak ada cerita sebelumnya.

Sebut saja Lydda (al-Ludd), sekarang menjadi kota Israel bernama Los. Jaffa (Yafa) dijadikan bagian dari Tel Aviv. Begitu pula Haifa dulunya populasi Arab diusir secara massal. Ada Nazareth (mayoritas Kristen Palestina, sebagian besar lahannya dirampas meski warganya bertahan). Deir Yassin, desa yang diserbu dan dibantai, lalu dikosongkan. Sheikh Jarrah, Lifta, Katamon, Baq’a, Talbiya adalah kawasan elit Yerusalem, kini dihuni para politisi Israel.

Masalahnya bukan sekadar hukum. Masalahnya adalah etika. Hukum bisa sah, tapi apakah adil?

Baca Juga:Apa Bedanya Mukjizat, Karomah, Maunah, Irhas, Khurafat, Sihir dan Sulap? Begini PenjelasannyaPapua: Dari Jajahan ke Jeratan, Bisa Jadi Dubai ke-2, Jika Dikelola dengan Benar

Kalau rumah direbut karena lari menyelamatkan nyawa, lalu dijual ke orang lain, dan anak cucu mereka hidup nyaman di dalamnya, apakah cukup hanya bilang: “Ini sah kok, ada suratnya”?

Apakah keadilan bisa diukur hanya dengan kertas dan stempel, sementara luka dan air mata tak pernah dihitung?

0 Komentar