Mereka berhasil ngerubah sejarah kalau berlian menjadi simbol status dan kemewahan. Juga membentuk budaya perayaan tunangan harus memakai berlian.
Kampanye itu mereka lakukan melalui film, selebriti Hillywood hingga kurikulum sekolah. Tak heran jika permintaan berlian naik tajam dan harganya naik gila-gilaan. Padahal suplainya saja yang sengaja dikendalikan.
Fakta jika berlian itu tak langka, membuat De Beers putar otak. Mereka membuat spesifikasi sendiri yang tentunya tak semua berlian di bumi mempunyai spesifikasi tersebut.
Baca Juga:Gempa Kamchatka Rusia Tak Ada Apa-apanya, Zona Megathrust Indonesia Lebih DahsyatGelombang Tsunami Rusia Sudah Sampai Jepang, BMKG: Sampai di Indonesia Pukul 14.52 WITA
Mulai dari jenis pendar, kualitas berlian, jenis cutting tertentu, hingga grade. Sampai membuat berlian mereka jadi luar biasa.
Cerdas memang. Dari serangkaian branding dan strategi tadi, juga ada persepsi kalau berlian selain membuat simbol status sosial juga instrumen investasi.
Padahal itu salah besar. Ternyata nilai jual kembali (resale) berlian biasanya di bawah 50% dari harga beli retail. Berarti sudah jelas kalau berlian tak bisa dijadikan instrumen investasi karena nilai jual kembali yang sangat rendah.
Apa yg bisa dipelajari dari berlian? Orang membeli itu bukan karena butuh, tapi karena makna dan persepsi. Dan itu bisa dibentuk.
Ternyata, branding dan mengontrol pasar benar-benar bisa menciptakan ilusi kelangkaan. Dan ternyata kita telah dibohongi bareng-bareng dengan strategi marketing selama 100 tahun ini.