RADARCIREBON.ID – Biasanya lagu bisa membuat orang senang dan bahagia. Tapi belakangan agak aneh. Sebagian masyarakat Indonesia justru malah takut untuk sekadar menyanyikan lagu.
Ketakutan untuk sekadar mendendangkan lagu tersebut, dipicu oleh kontroversi royalti yang tak kunjung berakhir. Perdebatan di ruang publik soal itu, membuat mencemaskan sebagian orang.
Karena itu, jika ada lagu atau musik, sebagian pemikiran orang langsung mengarah kepada royalti. Jangan-jangan jika turut menyanyikan lagu tersebut bisa terkena royalti.
Baca Juga:Gempa Kamchatka Rusia Tak Ada Apa-apanya, Zona Megathrust Indonesia Lebih DahsyatGelombang Tsunami Rusia Sudah Sampai Jepang, BMKG: Sampai di Indonesia Pukul 14.52 WITA
Semua sudah tahu, sebagian masyarakat Indonesia memang sangat minim literasi tentang royalti. Sehingga ketika menyanyi atau bermain musik, yang dipikirkan oleh mereka adalah “kena royalti atau tidak”.
Bahkan, di beberapa tempat umum yang biasanya memutar lagu pun, sekarang sudah menghentikannya. Ya, lagi-lagi, mereka “ketakutan” terhadap royalti.
Ternyata kondisi ini pula yang dipikirkan dan dirasakan oleh Wasekjen Parati Demokrat, Jansen Sitindaon. “Apa yang ditakuti orang Indonesia saat ini: lagu,” tulis Jansen dalam postingannya di media sosial X, baru-baru ini.
Menurutnya, kalau soal ini tidak diberesi secara benar, percayalah akan merugikan untuk semua. Untuk itu mari melihatnya dengan kepala dingin. Bukan dengan perspektif menang-kalah.
Dia pun memberikan saran kepada Mahkamah Konstitusi (MK) atau pihak-pihak yang akan membuat aturan atau norma “baru” terkait hal ini.
“Jangan lagi buat aturan yang multi tafsir, multi interpretasi dan longgar,” saran loyalis Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.
Menurutnya, buatlah aturan, yang orang awam pun, sekali baca langsung paham. Sehingga konflik panjang yang sudah membuat orang takut ini jadi berguna.
Baca Juga:Gempa Bumi Rusia, BMKG Prediksi Tsunami sampai ke Indonesia Pukul 14.52 WITADampak Gempa Kamchatka Rusia, 10 Pesisir di Indonesia Berpotensi Tsunami Mulai Pukul 14.20 WITA
“Dan pasca ini lahir solusi cesspleng. Mungkin tidak menyenangkan dan adil untuk semua, tapi menimbulkan kepastian,” tandas dia.
Jansen pun mengingatkan untuk jangan lupa, bagi penyusun norma, melihat juga situasi empirik keadaan ekonomi masyarakat. Jangan nanti dibuat aturan royalti yang ideal seperti halnya di negara maju, tapi akibatnya tidak bisa maksimal dijalankan.
Namanya saja hak ekonomi, tegas dia, tentu saja terkait erat dengan keadaan ekonomi bangsa itu secara umum. Jadi buatlah aturan yang besarannya “rasa Indonesia”.