BBWS Cimanuk–Cisanggarung Kebut Normalisasi sungai dan saluran irigasi Jelang Musim Penghujan

Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung Dwi Agus Kuncoro
PERSIAPAN: Kepala BBWS Cimanuk–Cisanggarung Dwi Agus Kuncoro menjelaskan persiapan BBWS dalam menghadapi musim hujan. FOTO: ADE GUSTIANA/RADAR CIREBON
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Menjelang musim hujan, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk–Cisanggarung mempercepat pekerjaan normalisasi sungai dan saluran irigasi.

Kegiatan ini telah dimulai sejak awal tahun dengan tujuan mengurangi potensi genangan di lahan pertanian maupun kawasan permukiman.

Di Kota Cirebon, tiga titik sungai telah dikeruk. Lumpur diangkat dan aliran diperlebar agar air dapat mengalir lebih lancar.

Baca Juga:MCX Indonesia Resmikan CV Wicara Rejeki SemestaKomisi IV DPRD Sumedang dan PLN UIP JBT Bahas Sinergi Pembangunan

Namun, pekerjaan di lapangan tidak selalu mudah. Di sejumlah lokasi, alat berat sulit masuk karena akses jalan sempit dan padat bangunan.

Beberapa ruas bahkan harus menunggu warga menyingkirkan kendaraan agar alat bisa melintas.

Kepala BBWS Cimanuk–Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro, menjelaskan bahwa pekerjaan normalisasi dilakukan berdasarkan skala prioritas.

Panjangnya aliran sungai serta keterbatasan sumber daya membuat pihaknya tidak dapat menangani semua permintaan secara bersamaan.

“Setiap dua hingga tiga tahun, kami kembali ke lokasi-lokasi yang sudah pernah dikerjakan untuk mengecek kondisinya,” ujar Dwi kepada wartawan di kantor BBWS Cimanuk–Cisanggarung, Jalan Pemuda, Cirebon.

Menurut Dwi, permintaan masyarakat untuk dilakukan normalisasi jauh lebih banyak dibandingkan kemampuan BBWS dalam satu tahun anggaran.

Wilayah kerja BBWS Cimanuk–Cisanggarung mencakup 25 daerah aliran sungai (DAS), dua di antaranya merupakan sungai besar, yakni Sungai Cimanuk dan Sungai Cisanggarung.

Baca Juga:Masih Ada Kesempatan Magang di BUMN Melalui Aplikasi Siap Kerja milik Kementerian KetenagakerjaanSatu Ruas Jalan di Cirebon Gagal Masuk IJD, Dua Lainnya Siap Dikerjakan Tahun Ini

Sekitar 60 persen wilayahnya berupa dataran rendah, yang menyebabkan banyak sungai mudah mengalami pendangkalan.

Kemampuan BBWS dalam melakukan normalisasi masih terbatas. Dalam setahun, mereka hanya mampu menyelesaikan sekitar 60 lokasi dengan total anggaran sekitar Rp2 miliar. Jumlah ini dinilai belum sebanding dengan luas wilayah kerja serta banyaknya permintaan dari daerah.

Keterbatasan peralatan juga menjadi kendala. Dari 12 alat berat yang dimiliki, hanya 10 unit yang saat ini aktif beroperasi.

Beberapa di antaranya sempat rusak dan baru diperbaiki. Untuk mengatasinya, BBWS berencana menambah tiga unit alat berat baru pada tahun 2026, termasuk satu alat berukuran kecil untuk menjangkau sungai di kawasan padat penduduk seperti Kota Cirebon.

Penambahan peralatan ini diharapkan dapat memperluas cakupan kerja sekaligus mempercepat penanganan titik-titik rawan genangan.

0 Komentar